Jumat, 25 Januari 2013

BERBAGAI TEOLOGIA YANG MUNCUL (Perjanjian Baru)



BERBAGAI TEOLOGIA YANG MUNCUL
(Perjanjian Baru)

       I.            Pendahuluan
Bila kita membaca surat-surat dalam Perjanjian Baru, kita akan melihat berbagai pandangan teologi yang terkandung didalam Perjanjian Baru. Sulit untuk kita menjabarkan secara keseluruhannya. Sehingga pada bahasan kita kali ini, kita akan melihat beberapa hal penting dalam berbagai teologia yang muncul didalam Perjanjian Baru.

    II.            Pembahasan
2.1.      Pengertian Teologia
Istilah teologi berasal dari akar kata Yunani Theos dan Logos. Theos berarti Allah atau Ilah dan Logos berarti perkataan atau firman. Jadi makna istilah teologi adalah wacana ilmiah mengenai Allah atau Ilah-ilah. Istilah ini telah dipakai orang Yunani jauh sebelum munculnya gereja Kristen, kata ini menunjuk kepada ilmu mengenai hal-hal yang ilahi. Ada beberapa hal unsur yang harus diperhatikan di dalam perumusan ilmu teologi yaitu keyakinan bahwa Allah bertindak atau berfirman secara khusus dalam Yesus Kristus yang menggenapi perjanjian dengan umat Israel.[1]
Sebagai ilmu pengetahuan teologi memiliki kedudukan di dalam study ilmiah yang melayani gereja yang diutus ke dalam dunia yang dalam usahanya untuk memahami dan menghayati karya Allah, yang secara kritis meninjau praktek dan misi gereja dalam terang firman Allah.[2]
2.2. Hubungan Perjanjian Lama Dengan Perjanjian Baru
Alkitab adalah kitab umat Allah yang terdiri atas PL dan PB yang memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainya, karena Alkitab merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Perjanjian Lama menceritakan tentang pemilihan Israel oleh Allah menjadi umat-Nya: bagaimana Allah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir dengan perantaraan Musa lalu membuat perjanjian dengan mereka di Sinai dimana mereka menjadi umat Allah, dan bagaimana sepanjang abad- abad berikutnya Allah memimpin dan membimbing mereka dengan perantaraan hamba- hamba-Nya yaitu para Imam, raja dan Nabi untuk menyampaikan pesan Allah, dengan menertibkan mereka untuk tujuan mereka yang mulia melalui berkat dan melalui hukuman dan dengan menyalakan didalam hati mereka pengharapan akan suatu hari, dimana Allah akan melengkapi perbuatan anugerah-Nya kepada mereka dengan kebahagiaan dalam zaman Mesianis.[3]
PB adalah ceritra mengenai penggenapan rencana Allah tentang penebusan. PB menceritakan bagaimana Allah melengkapi tujuan penyelamatan oleh-Nya dengan mengutus aanak-Nya, Mesias, dan memulai pemerintahan-Nya dalam pelayanan-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya inilah keluaran yang kedua (Luk.9:31), dan inilah peristiwa yang disebut “the Fact Of Christ atau fakta Kristus”. Yang dimaksudkan dengan anggapan ini adalah keseluruhan dari apa yang dicakup oleh kedatangan Yesus Kristus tentu saja pribadi-Nya, pekerjaan-Nya dan perkataan-Nya, tetapi juga kebangkitan-Nya,datangnya roh yang diciptakan-Nya Israel baru yang ditentukan untuk menjadi gereja Am.[4]
Pesan tentang Yesus Kristus merupakan teologi yang paling terdepan dari teologi PB. Dan Yesus adalah focus dari teologi itu sendiri, teologi PB terdiri atas ide-ide iman yang terbentuk atas dasar, objek dan konsekuensi alkitab. Teologi PB yang bercentralkan pada Kristus mengarahkan dan mengingatkan kita tentang kelahiranNya, pelayananNya, kematianNya, dan kebangkitanNya.[5]
2.3.      Berbagai Teologia dalam Perjanjian Baru
2.3.1.   Pemahaman Teologia Tentang Allah
Teologia PB dimulai dengan beberapa keyakinan yang besar, yakni: bahwa Allah ada, bahwa Ia menciptakan manusia dan terus menerus menaruh perhatian pada manusia. Allah adalah pribadi yang memulai alam semesta ini. Keyakinan ini berasal PL dan juga dari pengajaran Yesus. Pernyataan yang paling jelas dari pengajaran Yesus yang dicatat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik mengenai tema ini terdapat dalam Markus 13:19 (“sejak awal dunia, yang diciptakan Allah”). Yesus juga mengutip pernyataan PL dan menerimanya secara penuh bahwa Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan (Mrk. 10:6, Mat. 19:4). Dalam kitab-kitab Injil tidak ada petunjuk yang memberikan kesan bahwa asal mula alam semesta ini bukan berasal dari Allah sendiri.[6]
Dalam Perjanjian Baru menjelaskan tentang aktivitas Allah yang terus berlangsung dalam alam semesta. PB tidak mendukung pendapat yang mengatakan bahwa setelah menciptakan dunia, Allah membiarkannya tanpa memperdulikannya. Dalam ajaran Yesus, terdapat penekanan khusus mengenai pemeliharaan Allah yang istimewa akan makhluk-makhluk ciptaan-Nya (Mat. 10:29-30; Mat. 5:45; Mat. 6:26). Keyakinan yang sama ini ditunjukkan oleh Paulus pada waktu ia berbicara di Listra yang menegaskan bahwa Allah yang mengatur musim-musim (Kis. 14:17), dan di depan Sidang Areopagus (Kis. 17:25) Paulus menekankan bahwa Allah yang memberikan nafas kehidupan kepada semua orang. Dalam surat-surat PB juga disebutkan tentang pemeliharaan Allah sebagaimana dinyatakan dalam perikop-perikop tertentu seperti Roma 1:19 dan Yak. 1:17.[7] 
2.3.2.   Pemahaman Teologia Tentang Yesus Kristus
Dalam Perjanjian Baru kita dapat melihat penjelasan-penjelasan mengenai Yesus Kristus. Pemahaman-pemahaman akan penjelasan-penjelasan mengenai Yesus Kristus dapat dibagi dalam beberapa makna, yakni:
1.      Yesus sebagai Anak Allah
Yesus menerima dan menyembah Allah sebagai sungguh-sungguh Bapa-Nya. Kesungguhan-Nya sebagai anak dengan demikian diperdalam. Kenyataan ini tidak berpandangan bahwa dengan Ia memanggil Allah sebagai “Bapa-Nya sendiri” maka Yesus membuat diriNya sendiri setara dengan Allah (Yoh. 1:18) .[8] Yesus dalam hidup-Nya menyatakan hubungan-Nya dengan Allah sebagai hubungan antara Bapa dan Anak. Dalam surat-surat Paulus gagasan tentang Yesus sebagai Anak Allah memainkan peranan penting dalam penyajian yang menyeluruh tentang Kristus. Pada waktu Paulus berbicara tentang Allah, ia sering melanjutkannya dengan berbicara tentang Anak-Nya yaitu tentang Injil Anak-Nya (Rm. 1:9), pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Ef. 4:13), tentang Roh Anak-Nya (Gal. 4:6), tentang gambaran Anak-Nya (Rm. 8:29), tentang kerajaan Anak-Nya yang kekasih (Kol. 1:13). Pada waktu Paulus menulis kepada orang-orang Korintus, Paulus berkata bahwa ia telah memberitakan di tengah-tengah mereka tentang “Yesus Kristus Anak Allah (2 Kor. 1:19)”. Dalam 1 Kor. 15:28 juga memiliki arti Kristologi yang penting juga menjelaskan keadaan Yesus sebagai Anak Allah.[9]
2.      Yesus sebagai Anak Manusia
Yesus mengatakan dalam Injil sinoptis tentang anak manusia sangat jelas dalam (Mrk.13:26;14:62) pernyataan Yesus untuk dirinNya adalah suatu keagungan Anak Manusia yang menggambarkan manusia dalam bentuk seorang pelayan dan kemuliaan sorga dialami seorang Anak Manusia. Dalam tradisi Perjanjian Lama anak manusia disebut sebagai seorang penguasa (raja), tetapi dalam Markus 10:45 Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk rnelayani. Dia tidak hanya diperhatikan untuk kebenaran bersama tetapi Dia mencari.yang hilang (Luk. 19:10). Dia bukan raja sorga, anak manusia ini adalah merupakan prinsip dari dunia manusia.[10] Gelar anak manusia sangatlah penting untuk Yohanes ini terlihat dalam Injil sinoptis bahwa gelar ini terjadi hanya dengan penyebutan Yesus dan dalam PB (Kis. 7:6). Pada Injil yohanes gelar ini terlihat dalam perkataan Yesus, bahwa orang-orang yang mengenal Yesus sebagai gelar anak manusia dalam perkumpulan atau tradisi injil yang mengenal Dia.[11]
Sebutan tentang anak manusia dari kitab-kitab Injil sinoptik adalah perkataan-perkataan Yesus dan hanya Dia sendiri yang menggunakan gelar iru. Terlepas dari kitab-kitab Injil sinoptik gelar itu hanya muncul dalam Kisah Para Rasul 7:56 (dalam perkataan stefanus yang menunjuk kepada seseorang yang dimuliakan sebelah kanan Allah). Daiam Ibrani 2:6-8 istitah itu dipakai tetapi bukn sebagai gelar. Dijelaskan juga dalam Daniel 7 yang ditafsilkan sebagai Mesias maka sangat mungkin bahwa Yesus menggunakan gelar tersebut dengan pengertian peran ke-Mesiasan-Nya, sifat tersembuyi dari gelar itu akan sesuai dengan maksud Yesus. Terdapat dalam tradisi injil Sinoptik yang jumlahnya paling utama, konsep Sinoptik adalah anak manusia, yang memperbandingkannya dengan konsep pernyataan yahudi. Dimana Injil Markus hanya mengirimkan 3 perkataan tentang anak manusia. Diantaranya Markus 13:26, Markus 8:38, Markus 14:62.[12]
3.      Yesus sebagai Mesias
Yesus pada permulaan pekerjaan-Nya tidak mau diumumkan (diketahui orang) sebagai Mesias. Karena itu Ia melarang murid-murid-Nya dan orang-orang yang Ia sembuhkan dan yang kerasukan roh jahat itu kepada orang lain bahwa Ia adalah Mesias.[13] Jemaat didalam Perjanjian Baru percaya bahwa Yesus menggenapi pengharapan yang lama akan kedatangan seorang penyelamat. Namun, walaupun Ia menggenapinya, Yesus mengubah pengertian konsep penyelamat itu. Dalam pengharapan-pengharapan pada waktu itu Mesias sering dianggap sebagai seorang tokoh politik, tetapi tidak demikian dengan pengertian orang Kristen mula-mula tentang Yesus. Oleh pengharapan-pengharapan popular itu maka Yesus sendiri tidak memakai gelar Mesias. Namun pengenalan orang-orang Kristen akan Dia sebagai Mesias dan latarbelakang gelar itu diantara orang Yahudi, bersama-sama berdasar kepada kepercayaan bahwa Mesias adalah wakil Allah dan melalui Allah Dialah Allah yang hadir dalam dunia untuk keselamatan umat-Nya.[14]
Terpusatnya harapan mesianik pada Yesus dapat terlihat pada saat perjalanan ke Kaesarea pada waktu Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Petrus membuat pengakuan, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat.16:16, Mrk. 8:27-29, Luk. 9:18-20).[15] Di dalam pelayanan yang dilakukan oleh Yesus memberikan gambaran bahwa Ia adalah Mesias. Hal ini dapat dilihat dalam tanggapan Yesus terhadap pertanyaan Yohanes Pembaptis, “Engkaulah yang akan datang itu?" (Mat. 11:3). Yesus mengingatkan Yohanes Pembaptis bahwa Ia menyembuhkan orang sakit, membangkitkan otang mati dan memberitakar Iniil kepada orang-orang miskin. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus ingin membetulkan pandangan Yohaaes tentang peran Mesias. Perbuatan dan pengajaran Yesus menurut kitab-kitab injil dapat dsimpulkan sebagai pelayanan kepada orang-orang yang mernbutuhkan. Pengertian pesan Mesias itu mendasari pandangan orang-orang Kristes mula-oula mengenai Yesus sebagai “Kristus” dan istilah itu diperluas lagi sehingga mencakup iuga konsep pendetitaan bagi orang-orang lain, sebagaimana Yesus sendiri menderita. Kepercayaan orang Kristen mula-mula akan Yesus sebagai Mesias dihasilkao oleh perpaduan antara perbuataa-perbuataa-Nya dan kematian-Nya.[16]
2.3.3.   Pemahaman Teologia Tentang Roh Kudus
Pembicaraan mengenai Roh Kudus dalam Injil Sinoptik hanya sedikit, kecuali pada saat kelahiran Yesus (Mat.1:18; Luk. 1:35) dan pembaptisan-Nya (Mrk. 1:8). Dikatakan bahwa Roh bekerja dalam pelayanan Yesus melawan kuasa-kuasa jahat (Mat. 12:28). Sedikitnya petunjuk tentang Roh Kudus mungkin karena adanya keyakinan bahwa karya Roh Kudus baru terlihat setelah kebangkitan Yesus (Yoh. 7:39).[17] Dalam Kisah Para Rasul, Kristus dan Roh terang dibedakan. Dalam Kis. 8:16 dan 19:1-6, dimana karunia Roh diberikan menyusuli kelahiran baru dan nampaknya dapat dilihat dan didengar. Tapi tidak ada landasan untuk menyimpulkan bahwa kuasa karunia Roh dapat dialami tanpa Kristus. Roh datang kepada orang yang percaya akan janji yang dibuat bagi dan oleh Kristus (bnd. acuan PL yang mengacu kepada Kis. 2:39 yakni Yes. 54:13; 57:19; Yl. 2:28-32), dan menantikan penggenapannya- bahwa Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai memperlengkapi saksi-saksi perihal karya Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan keselamatan. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi demi Kristus. Rasul-rasul dipenuhi Roh, berkotbah dan melakukan pekerjaan kasih yang ajaib dalam nama Yesus (Kis. 3:6), Roh menjaga kehormatan Anak dan menolak hormat bagi diri-Nya dan bagi manusia (Yoh. 16:14).[18]
2.3.4.   Teologia dalam Surat-Surat Paulus
Surat Roma
Dalam kitab Roma terdapat teologia yang dibangun oleh Rasul Paulus. Yang pertama yang bisa kita lihat adalah pengajaran tentang Injil yang merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia. Dijelaskan juga bahwa manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah karena itu manusia berdosa sudah ada dalam hukum Allah, ayitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa manusia tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti bahwa keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah yang ada didalam Yesus Kristus. Kedua, pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari. Dalam kitab Roma dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan setiap orang yang sudah memilih Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Paulus menulis tentang penerapan kebenaran Allah secara praktis dalam kehidupan orang Kristen (Rm. 12:1-15:13), ia membahas hubungan orang Kristen dengan jemaat (Rom. 12:1-8), dengan orang lain (Rm. 12:9-21) dan dengan negara (Rm. 13:1-10). Ia meringkaskan kewajiban orang Kristen secara keseluruhan dengan kata-kata “kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Rm. 13:10). Paulus menandaskan bahwa standar moralitas Kristeb tidak dihasilkan melalui seperangkat peraturan yang dipaksa dari luar, melainkan oleh kuasa Roh Kudus yang bekerja didalam diri orang percaya dan hasil akhir dari pekerjaan Roh Kudus adalah pada kenyataannya hukum Allah dipelihara.[19]
Surat I & II Korintus
Dalam surat 1&2 Korintus dapat dilihat beberapa pandangan teologia yang dibangun oleh Paulus. Berbicara mengenai hikmat, Paulus menyatakan bahwa hikmat yang benar adalah Kristus yang disalibkan, yang “bagi orang-orang yang dipanggil adalah kekuatan dan hikmat Allah” (1 Kor. 1:24). Demikian orang berhikmat adalah orang yang bermegah dalam kuasa Allah, kendatipun ia sendiri lemah. Inilah yang selalu tampak jelas dalam sejarah penyelamatan dan dialami sendiri oleh Paulus dalam kerasulannya (2 Kor. 12:7-10). Selanjutnya mengenai jemaat, Paulus mengatakan bahwa salah satu cirri hidup jemaat adalah persatuan. Sebagai tubuh Tuhan, jemaat harus menunjukkan satu persekutuan kasih. Paulus menyampaikan pesan bahwa kedatangan Tuhan digambarkan sebagai kemenangan atas maut. Kemenangan diawali oleh kebangkitan Kristus, disusul oleh kebangkitan orang mati. Mereka akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa, semua diubah (1 Kor. 15:51-52). Orang Kristen yang menerima Kristus diubah oleh kemuliaan Allah yang bersinar dalam wajah Kristus. Ia diterangi oleh kemuliaan itu agar dapat memberikan terang kepada saudara-saudaranya. “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”.[20]
Surat Galatia
Isi surat Galatia adalah surat yang menentang penyelewengan terhadap Injil Kristus. Paulus mau menyampaikan kebenaran yang utama tentang pembenaran berdasarkan iman bukan berdasarkan hukum telah dikaburkan oleh para pendukung Yudaisme yang bersi-keras bahwa orang-orang yang percaya kepada Kristus harus melaksanakan hukum Taurat bila mereka ingin sempurna dihadapan Allah. Yang mana paulus melihat ajaran ini sudah menyusup kepada jemaat-jemaat di Galatia dan telah menyangkal karunia kebebasan bagi mereka.[21] Surat Galatia juga berisi pembelaan Paulus mengenai kerasulannya, dimana banyak orang Galatia yang meragukan kerasulan Paulus skibat hasutan orang Yahudi. Sehingga dalam surat Galatia terutama pada ayat pendahuluan, Paulus menjawab tantangan itu dengan lantang. Dengan sangat yakin ia mengatakan bahwa kerasulannya tidak berasal dari usaha manusia dan bahkan tidak ada tangan manusia yang menahbiskannya untuk tugas pelayanan itu, tetapi ia menerima panggilan itu langsung berasal dari Allah.[22]
Surat Filipi
Ada topic yang menarik dalam surat Filipi,  adalah berita Injil dimana ia berbicara tentang “persekutuanmu didalam berita Injil” (1:5), “meneguhkan berita Injil” (1:7), “iman yang timbul dari berita Injil” (1:27), “pelayanan Injil” (2:22), “berjuang dalam pekabaran Injil” (4:3), “mulai mengabarkan Injil” (4:15). Paulus mengunakan istilah ini untuk menunjukkan suatu bentuk iman, suatu bentuk berita dan ruang lingkup kegiatan yang berbentuk pengajaran. Didalam surat Filipi tidak ada definisi Injil, tetapi hakekat Injil dirangkum dalam dua ayat yang masing-masing memberikan aspek historis serta aspek kemanusiaan. Yang pertama adalah kabar baik karena Kristus mati untuk manusia, dan yang kedua meyakinkan manusia bahwa mereka dapat memiliki kebenaran dihadapan Tuhan.[23]
Surat Efesus
Yang ditekankan dalam surat ini adalah rahmat, keselamatan, kesatuan dan kemuliaan Kristus. Mengenai Yesus, dikatakan bahwa Ia tidak hanya kepala gereja, tetapi kepala seluruh ciptaan. Kristus adalah kepenuhan segala sesuatu dan memenuhkan segala sesuatu (1:23; 4:10). Kedudukan Kristus kembali ditegaskan, saat kegenapan waktu ialah ketika Allah mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala, segala sesuatu baik daripada segala pemerintaha dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya didunia ini, melainkan juga didunia yang akan datang (1:21), karena Ia sudah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit (4:10).[24]
Surat Kolose
Esensi pesan surat ini adalah keunikan peran Kristus. Dalam Dia persekutuan Kristen mendapat kepastian keselamatan. Paulus menggunakan konsep Yahudi mengenai hikmat (Kol. 1:9), yang juga menarik orang untuk bertobat. Hal ini merupakan contoh awal bagaimana memperhalus konsep untuk mengungkapkan iman Kristen dalam terminology yang sesuai dengan para pendengar. Dalam Kristus hikmat Allah menjadi jelas dan maksudnya terlaksana. Kata-kata akrab lain yang digunakan adalah “kepenuhan” (Kol. 1:19; 2:9) dan “rahasia” (Kol. 1:26; 2:2), yang dengannya Paulus mengklaim bahwa seluruh keberadaan dan kuasa Allah telah hadir dalam Kristus. Tidak ada perantara yang lain, seperti hukum Yahudi (Kol. 2:14). Bagi Paulus, Allah dalam Kristus berbicara langsung dengan manusia.[25] Orang Yahudi mengandalkan Hukum, orang Yunani mengandalkan kebijaksanaan, aliran gnostik mengandalkan upacara. Semuanya mengeser salib. Padahal saliblah yang merupakan sumber penyelamatan sejati (Kol. 1:20; 2:14).[26]
Surat I & II Tesalonika
Dalam 1 Tesalonika, orang-orang gelisah memikirkan nasib orang-orang yang sudah mati (bnd. 1 Tes. 4:13-18). Sehingga Paulus mengatakan bahwa dengan jaminan kemenangan Allah menyatakan bahwa orang-orang mati juga akan masuk dalam barisan pengikut Kristus, karena yang terjadi pertama-tama adalah kebangkitan orang mati (1 Tes. 4:16). Paulus membahas juga mengenai hidup Kristen, bahwa rancana Allah adalah rencana kasih dalam diri Kristus. Hidup Kristen adalah kasih atau kehidupan dalam Kristus. Dalam II Tes. 2:13-3:18, Kita harus berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran benar. Terlalu banyak orang tidak menganggap penting ajaran yang benar. Itulah Allah yang memilih dan menyelamatkan kita oleh RohNya dan yang menguatkan kita dalam pekerjaan dan perkataan yang baik. Dan itulah Allah yang memanggil kita untuk hidup kudus dan sesuai dengan firmanNya (2:13-17). Lagi, ada orang di dalam jemaat yang tidak bekerja dan yang bergantung pada orang lain untuk penghidupannya. Paulus menyuruh jemaat untuk mengucilkan mereka dari jemaat kalau mereka tidak mau bertobat dan bekerja (3:6-15). Paulus menegor mereka untuk mengikut teladannya oleh karena waktu Paulus tinggal di situ, dia bekerja untuk memenuhi keperluannya dan dia tidak bergantung pada seorangpun di Tesalonika untuk keperluannya.[27]
I & II Timotius
Dalam surat I Timotius menekankan dua aspek. Pertama, menitik beratkan pribadi Timotius, dia harus memenuhi beberapa tanggung jawab sebagai hamba Tuhan dan sebagai pribadi teladan. Kedua, menitikberatkan tanggung-jawab jabatannya, dia harus menjaga agar jemaatnya diberi ajaran yang benar, diorganisasikan dan dilayani dengan baik.[28] Dan I&II Timotius ditulis karena munculnya pengajaran-pengajaran sesat, yang menaruh perhatian kepada dogeng dan silsilah (1 Tim. 1:4l 4:7; 2 Tim. 2:14) dan pertengkaran (1 Tim.1:6; 2 Tim. 2:16). Paulus memberikan jawaban bahwa iman berarti pengajaran dan tingkah laku Kristen (1 Tim. 4:6; 5:8; 6:10).[29]
Surat Titus
Seluruh isi surat ini didasarkan pada pengharapan akan hidup kekal. Paulus juga memberikan nasihat kepada pada pemimimpin jemaat di Kreta. Serta mengajarkan doktrin yang benar. Namun secara umum, penekanan yang lebih kuat pada perumusan pengakuan iman.  Paulus menulis surat ini kepada Titus untuk mengingatkan dia tentang tujuan itu dan tentang pelayanannya di dalam jemaat-jemaat di Kreta.[30]
2.3.5.   Teologia dalam Surat-Surat Umum
Surat Ibrani
Dalam surat Ibrani, Allah yang sama yang menyerahkan hukum kepada Musa melalui tangan-tangan malaikatNya telah berbicara mengenai Anak-Nya, yang telah dibuatnya untuk sementara lebih rendah daripada malaikat agar Ia dapat masuk dengan sempurna kedalam lingkungan kehidupan manusia sebagai bagian daripada-Nya (Ibr. 2:9-10; 14-18). Ia adalah ilahi sekaligus manusia. Ia patut menjadi imam besar. Jabatannya tidak terputuskan oleh kematian (Ibr. 7:24), dan tempat kedudukanNya adalah ditempat  kudus di surga, ditempat kediaman Allah sendiri (Ibr. 9:11-12). Ia adalah imam yang mempersembahkan diriNya sendiri sebagai kurban, yang sangat berkenan kepada Allah, dan yang mampu menebus segala dosa dan pelanggaran yang dilakukan dibawah hukum dan dibawah kasih karunia (Ibr. 9:15; 10:10;19). Penebusan kekal yang telah dibayarkanNya dapat kita terima oleh iman, iman yang sama seperti yang ditunjukkan oleh orang-orang dari PL yang menjadi pemimpin rohani pada masanya.[31]
Surat Yakobus
Surat ini bertujuan untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka. Selain itu juga memperbaiki pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan dan juga menasihati dan membina iman dalam hidup yang benar melalui perbuatan baik.[32] Amanat dalam kitab ini adalah bahwa iman Kristen yang sesungguhnya ialah wajib dinyatakan dalam perbuatan baik.
Surat I & II Petrus
Dalam surat I Petrus dua hal yang penting, pertama, penderitaan yang harus dialami sebagai orang Kristus dan bagaimana menerimanya dengan tabah. Kedua, nilai penyelamatan yang diberikan oleh kesaksian dan hidup Kristen itu. orang-orang Kristen terpisah dari dunia. Ini tidak berarti bahwa mereka menjadi kasta tertinggi yang tertutup. Sebaliknya, merek harus sadar bahwa mereka hidup di dunia sebagai orang-orang yang diselamatkan. Hidup seperti ini mempunyai ciri missioner (2:9). Dengan menghayati kehidupan Kristen, mereka menyatakan perbuatan-perbuatan besar Allah. Dalam surat II Petrus, terdapat nasihat dan peringatan. Tuhan yang tidak segera datang, bukanlah Tuhan yang mengingkari janji. Tertunda kedatangan Tuhan berarti kesempatan lebih banyak untuk bertobat.[33]
Surat I,II,&III Yohanes
Yang dilawan dalam surat-surat ini adalah ajaran palsu. Ajaran palsu yang menganggap Yesus bukanlah manusia sungguh-sungguh. Ia adalah roh yang mendiami manusia. Yohanes mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia (1 Yoh. 4:2). Yesus adalah juga Anak Allah (1 Yoh. 4:15; 5:5). Allah tinggal didalam diriNya. Aliran sesat yang kedua berpikir, karena mereka sudah hidup dalam Kristus dan bebas dari Hukum, mereka dapat berbuat semau-mau mereka sendiri (1 Yoh. 2:4; 3:8-10; 4:20). Melawan ini, Yohanes menegaskan bahwa Allah adalah kasih (4:16). Kasih itu tampak dalam Kristus (4:9). Kasih inilah yang menjadi cirri hidup orang percaya (3:11; 4:7). Seorang yang tidak mencintai saudaranya bukanlah orang Kristen yang sejati.[34]
2.4.      Pandangan Perjanjian Baru Terhadap Berbagai Teologia Muncul dan pada Masa-Kini
Bila kita melihat berbagai pandangan teologi dalam surat-surat Perjanjian Baru, terdapat banyak penjelasan teologi yang coba dibangun. Teologi PB pada hakikatnya merupakan teologi mengenai Kristus. Sehingga Kristologi memainkan peran yang sangat penting, disamping tema-tema teologis yang lain. Dengan demikian, “Tidak satupun bagian Perjanjian Baru dapat dimengerti, kalau tidak memahami Kristus seperti yang digambarkan oleh bagiannya. Setiap bagian PB menyumbangkan pemikirannya tentang Kritus. Keanekaragaman gagasan mengenai diri Yesus menyuguhkan gambaran yang sangat kaya dan semua gagasan ini menyangkut seorang manusia yang sama, yang hidup dan bangkit kembali.[35]
Dengan demikian jelas bahwa teologi PB itu tidak pernah lepas dari diri Yesus dan pesan serta ajaran-Nya.  Yang menjadi dasar dari PB adalah fakta Kristus (the fact of Christ) itu sendiri. Yang dimaksud dengan fakta Kristus disini adalah keseluruhan yang dicakup oleh kedatangan Yesus Kristus. Tentu saja pribadi-Nya, pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, ajaran-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya.
Dalam teologi Perjanjian Baru ditemukan sesuatu yang unik, yaitu keanekaragaman dan kesatuan. Meskipun dari awal perhatian isi PB adalah suatu sejarah yang berdiri sendiri dalam ketegangan dengan setiap bentuk dari teologi. Sebagai bentuk dari teologi Kristen dan jawaban dari pertanyaan tentang pokok pewahyuan Allah dalam Yesus Kristus. Dari setiap surat yang ada didalam PB mempunyai tujuan pengajaran dan kandungan teologi. Dari setiap surat yang ada didalam PB terdapat keanekaragaman, tetapi walaupun demikian ada ditemukan didalamnya suatu kesatuan teologi dimana yang menjadi dasar dan pusatnya adalah Yesus Kristus dan ajaran-Nya. Dalam perbedaan, tetaplah Kristus yang diproklamasikan dan isi yang hendak disampaikan adalah mengenai Yesus Kristus. Dengan demikian keanekaragaman dan kesatuan itu nampak jelas dalam PB.[36]
Melalui pandangan PB terhadap teologi yang muncul didalamnya, ini juga menjadi dasar kita terhadap berbagai teologi yang muncul pada masa sekarang. Semua teologi yang muncul ini haruslah kembali kepada dasar yang hakiki yaitu Firman Allah dan Yesus Kristus. Dalam teologi itu harus jelas akan fakta firman Allah dan Yesus itu sendiri. Sehingga keanekaragaman teologi yang muncul tetap memiliki kesatuan yang jelas. Disamping itu teologi harus mencakup keseluruhan tentang Yesus Kristus. Tentu saja pribadi-Nya, pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, ajaran-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya. Satu hal yang terpenting, teologi-teologi yang ada pastilah teologi yang berasal dari ajaran Yesus, bukanlah teologi yang bertentangan dengan ajaran Kristus.

 III.            Kesimpulan
Melalui penjelasan diatas kita sudah melihat berbagai teologi yang muncul dalam PB. Dengan penuh keanekaragaman tetapi tetap memiliki kesatuan. Karena teologi yang muncul tetap memiliki dasar yang sama yaitu Yesus Kristus. Sehingga memberikan sumbangsih kepada kita dalam membangun kerangka teologi yaitu dalam teologi itu harus jelas akan firman Allah dan Yesus itu sendiri.

 IV.            Daftar Pustaka
…, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta: LAI, 2006
Abineno, J.L. Ch., Yesus Sang Mesias, Jakarta: BPK-GM, 1984
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Galatia-Efesus),  Jakarta: BPK-GM, 1983
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007
Bultmann, Rudolf, Theology of the new Testament, USA:Charles Scribners Sons, 1951
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2009
Drewes, B.F., Apa Itu Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2009
Dunnet, Walter M., Pengantar Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1963
Eckardt, A. Roy, Menggali Ulang Yesus Sejarah, Jakarta: BPK-GM, 2000
Eduard, Heinz, The Son of Man in The Synoptic Tradition, Philadelphia: The Westiminster Press, 1924
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK-GM, 1991
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK-GM, 1993
Hunter, A.M., Memperkenalkan Teologia PB, Jakarta: BPK- GM, 1986
Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 1994
Stanffer, Ethelbert, New Teastament Theology, New York: The Macmillan Company, 1961
Suharyo, I., Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1991
Tenney, Merill C., Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1997
Walters, G., Roh Kudus dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta: YKBK-OMF, 2007
Warner Georg Kummel, The Theology of The New Testament, New York: Abingdon Press, 197

Chrisnov M. Tarigan
Mahasiswa STT Abdi Sabda Medan



[1] B. F. Drewes, Apa Itu Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 16-17
[2] Ibid, hlm. 17
[3] A. M. Hunter, Memperkenalkan Teologia PB, Jakarta: BPK- GM, 1986, hlm.11
[4] Ibid., hlm.11-12
[5] Rudolf Bultmann, Theology of the new Testament, USA:Charles Scribners Sons, 1951, pg. 8
[6] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta: BPK-GM, 1991, hlm. 47
[7] Ibid, hlm. 50
[8] A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah, Jakarta: BPK-GM, 2000, hlm. 32-34
[9] Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 352
[10] Ethelbert Stanffer, New Teastament Theology, New York: The Macmillan Company, 1961, hlm. 108-109
[11] Werner Geogre, The Theology of The New Testament, New York: Abingoon Press, 1973, hlm. 275
[12] Heinz Eduard, The Son of Man in The Synoptic Tradition, Philadelphia: The Westiminster Press, 1924, hlm. 32-33
[13] J.L. Ch. Abineno, Yesus Sang Mesias, Jakarta: BPK-GM, 1984, hlm. 10-11
[14] Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 283
[15] A. Roy Eckardt, Op. Cit., hlm. 31
[16] Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 283-284
[17] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007, hlm. 386
[18] G. Walters, Roh Kudus dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta: YKBK-OMF, 2007, hlm. 320
[19] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 371
[20] I. Suharyo, Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1991, hlm. 140-142
[21] Merill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1997, hlm. 333
[22] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Galatia-Efesus),  Jakarta: BPK-GM, 1983, hlm. 33
[23] Merill C. Tenney, op. Cit., hlm. 402-403
[24] I. Suharyo, op. Cit., hlm. 155
[25] W.R.F. Browning, op. Cit., hlm. 209-210
[26] I. Suharyo, op. Cit., hlm. 153
[27] Ibid, hlm. 130-133
[28] Walter M. Dunnet, Pengantar Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1963, hlm. 75
[29] I. Suharyo, op. Cit., hlm. 160
[30] John Drane, Op. Cit., hlm. 394
[31] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 1994, hlm. 272
[32] …, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta: LAI, 2006, hlm. 22084
[33] I. Suharyo, op. Cit., hlm. 170-172
[34] Ibid, hlm. 175
[35] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK-GM, 1993, hlm. 385
[36] Warner Georg Kummel, The Theology of The New Testament, New York: Abingdon Press, 1973, hlm. 15-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijaksanalah memberikan pendapat, setiap pendapat harus dibangun atas dasar yang jelas