BERBAGAI
TEOLOGIA YANG MUNCUL
(Perjanjian Baru)
(Perjanjian Baru)
I.
Pendahuluan
Bila kita membaca
surat-surat dalam Perjanjian Baru, kita akan melihat berbagai pandangan teologi
yang terkandung didalam Perjanjian Baru. Sulit untuk kita menjabarkan secara
keseluruhannya. Sehingga pada bahasan kita kali ini, kita akan melihat beberapa
hal penting dalam berbagai teologia yang muncul didalam Perjanjian Baru.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Teologia
Istilah teologi berasal dari akar kata Yunani Theos dan Logos. Theos
berarti Allah atau Ilah dan Logos berarti perkataan atau firman. Jadi makna istilah
teologi adalah wacana ilmiah mengenai Allah atau Ilah-ilah. Istilah ini telah
dipakai orang Yunani jauh sebelum munculnya gereja Kristen, kata ini menunjuk
kepada ilmu mengenai hal-hal yang ilahi. Ada beberapa hal unsur yang harus
diperhatikan di dalam perumusan ilmu teologi yaitu keyakinan bahwa Allah
bertindak atau berfirman secara khusus dalam Yesus Kristus yang menggenapi
perjanjian dengan umat Israel.[1]
Sebagai ilmu pengetahuan teologi memiliki kedudukan di dalam study
ilmiah yang melayani gereja yang diutus ke dalam dunia yang dalam usahanya
untuk memahami dan menghayati karya Allah, yang secara kritis meninjau praktek
dan misi gereja dalam terang firman Allah.[2]
2.2.
Hubungan Perjanjian Lama Dengan Perjanjian Baru
Alkitab adalah kitab umat Allah yang terdiri atas PL dan PB yang
memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainya, karena Alkitab merupakan
satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Perjanjian Lama menceritakan tentang pemilihan Israel oleh Allah
menjadi umat-Nya: bagaimana Allah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir
dengan perantaraan Musa lalu membuat perjanjian dengan mereka di Sinai dimana
mereka menjadi umat Allah, dan bagaimana sepanjang abad- abad berikutnya Allah
memimpin dan membimbing mereka dengan perantaraan hamba- hamba-Nya yaitu para
Imam, raja dan Nabi untuk menyampaikan pesan Allah, dengan menertibkan mereka
untuk tujuan mereka yang mulia melalui berkat dan melalui hukuman dan dengan
menyalakan didalam hati mereka pengharapan akan suatu hari, dimana Allah akan
melengkapi perbuatan anugerah-Nya kepada mereka dengan kebahagiaan dalam zaman
Mesianis.[3]
PB adalah ceritra mengenai penggenapan rencana Allah tentang penebusan. PB menceritakan
bagaimana Allah melengkapi tujuan penyelamatan oleh-Nya dengan mengutus
aanak-Nya, Mesias, dan memulai pemerintahan-Nya dalam pelayanan-Nya,
kematian-Nya dan kebangkitan-Nya inilah keluaran yang kedua (Luk.9:31), dan
inilah peristiwa yang disebut “the Fact
Of Christ atau fakta Kristus”. Yang dimaksudkan dengan anggapan ini adalah
keseluruhan dari apa yang dicakup oleh kedatangan Yesus Kristus tentu saja
pribadi-Nya, pekerjaan-Nya dan perkataan-Nya, tetapi juga
kebangkitan-Nya,datangnya roh yang diciptakan-Nya Israel baru yang ditentukan
untuk menjadi gereja Am.[4]
Pesan tentang Yesus Kristus merupakan teologi yang paling
terdepan dari teologi PB. Dan Yesus adalah focus dari
teologi itu sendiri, teologi PB terdiri atas ide-ide iman yang terbentuk atas
dasar, objek dan konsekuensi alkitab. Teologi PB yang bercentralkan pada Kristus
mengarahkan dan mengingatkan kita tentang kelahiranNya, pelayananNya,
kematianNya, dan kebangkitanNya.[5]
2.3.
Berbagai Teologia dalam Perjanjian
Baru
2.3.1.
Pemahaman Teologia Tentang Allah
Teologia PB dimulai
dengan beberapa keyakinan yang besar, yakni: bahwa Allah ada, bahwa Ia
menciptakan manusia dan terus menerus menaruh perhatian pada manusia. Allah
adalah pribadi yang memulai alam semesta ini. Keyakinan ini berasal PL dan juga
dari pengajaran Yesus. Pernyataan yang paling jelas dari pengajaran Yesus yang
dicatat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik mengenai tema ini terdapat dalam
Markus 13:19 (“sejak awal dunia, yang diciptakan Allah”). Yesus juga mengutip
pernyataan PL dan menerimanya secara penuh bahwa Allah menjadikan manusia
laki-laki dan perempuan (Mrk. 10:6, Mat. 19:4). Dalam kitab-kitab Injil tidak
ada petunjuk yang memberikan kesan bahwa asal mula alam semesta ini bukan
berasal dari Allah sendiri.[6]
Dalam Perjanjian Baru
menjelaskan tentang aktivitas Allah yang terus berlangsung dalam alam semesta.
PB tidak mendukung pendapat yang mengatakan bahwa setelah menciptakan dunia,
Allah membiarkannya tanpa memperdulikannya. Dalam ajaran Yesus, terdapat
penekanan khusus mengenai pemeliharaan Allah yang istimewa akan makhluk-makhluk
ciptaan-Nya (Mat. 10:29-30; Mat. 5:45; Mat. 6:26). Keyakinan yang sama ini
ditunjukkan oleh Paulus pada waktu ia berbicara di Listra yang menegaskan bahwa
Allah yang mengatur musim-musim (Kis. 14:17), dan di depan Sidang Areopagus
(Kis. 17:25) Paulus menekankan bahwa Allah yang memberikan nafas kehidupan
kepada semua orang. Dalam surat-surat PB juga disebutkan tentang pemeliharaan
Allah sebagaimana dinyatakan dalam perikop-perikop tertentu seperti Roma 1:19
dan Yak. 1:17.[7]
2.3.2.
Pemahaman Teologia Tentang Yesus Kristus
Dalam Perjanjian Baru
kita dapat melihat penjelasan-penjelasan mengenai Yesus Kristus.
Pemahaman-pemahaman akan penjelasan-penjelasan mengenai Yesus Kristus dapat
dibagi dalam beberapa makna, yakni:
1.
Yesus sebagai Anak Allah
Yesus menerima dan
menyembah Allah sebagai sungguh-sungguh Bapa-Nya. Kesungguhan-Nya sebagai anak
dengan demikian diperdalam. Kenyataan ini tidak berpandangan bahwa dengan Ia
memanggil Allah sebagai “Bapa-Nya sendiri” maka Yesus membuat diriNya sendiri
setara dengan Allah (Yoh. 1:18) .[8]
Yesus dalam hidup-Nya menyatakan hubungan-Nya dengan Allah sebagai hubungan
antara Bapa dan Anak. Dalam surat-surat Paulus gagasan tentang Yesus sebagai
Anak Allah memainkan peranan penting dalam penyajian yang menyeluruh tentang
Kristus. Pada waktu Paulus berbicara tentang Allah, ia sering melanjutkannya
dengan berbicara tentang Anak-Nya yaitu tentang Injil Anak-Nya (Rm. 1:9),
pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Ef. 4:13), tentang Roh Anak-Nya
(Gal. 4:6), tentang gambaran Anak-Nya (Rm. 8:29), tentang kerajaan Anak-Nya
yang kekasih (Kol. 1:13). Pada waktu Paulus menulis kepada orang-orang
Korintus, Paulus berkata bahwa ia telah memberitakan di tengah-tengah mereka
tentang “Yesus Kristus Anak Allah (2 Kor. 1:19)”. Dalam 1 Kor. 15:28 juga
memiliki arti Kristologi yang penting juga menjelaskan keadaan Yesus sebagai
Anak Allah.[9]
2.
Yesus sebagai Anak Manusia
Yesus mengatakan dalam Injil sinoptis tentang anak
manusia sangat jelas dalam (Mrk.13:26;14:62) pernyataan Yesus untuk dirinNya
adalah suatu keagungan Anak Manusia yang menggambarkan manusia dalam bentuk
seorang pelayan dan kemuliaan sorga dialami seorang Anak Manusia. Dalam tradisi
Perjanjian Lama anak manusia disebut sebagai seorang penguasa (raja), tetapi
dalam Markus 10:45 Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk
rnelayani. Dia tidak hanya diperhatikan untuk kebenaran bersama tetapi Dia
mencari.yang hilang (Luk. 19:10). Dia bukan raja sorga, anak manusia ini adalah
merupakan prinsip dari dunia manusia.[10]
Gelar anak manusia sangatlah penting untuk Yohanes ini terlihat dalam Injil
sinoptis bahwa gelar ini terjadi hanya dengan penyebutan Yesus dan dalam PB
(Kis. 7:6). Pada Injil yohanes gelar ini terlihat dalam perkataan Yesus, bahwa
orang-orang yang mengenal Yesus sebagai gelar anak manusia dalam perkumpulan
atau tradisi injil yang mengenal Dia.[11]
Sebutan tentang anak manusia dari kitab-kitab Injil sinoptik
adalah perkataan-perkataan Yesus dan hanya Dia sendiri yang menggunakan gelar
iru. Terlepas dari kitab-kitab Injil sinoptik gelar itu hanya muncul dalam
Kisah Para Rasul 7:56 (dalam perkataan stefanus yang menunjuk kepada seseorang
yang dimuliakan sebelah kanan Allah). Daiam Ibrani 2:6-8 istitah itu dipakai
tetapi bukn sebagai gelar. Dijelaskan juga dalam Daniel 7 yang ditafsilkan
sebagai Mesias maka sangat mungkin bahwa Yesus menggunakan gelar tersebut
dengan pengertian peran ke-Mesiasan-Nya, sifat tersembuyi dari gelar itu akan
sesuai dengan maksud Yesus. Terdapat dalam tradisi injil Sinoptik yang
jumlahnya paling utama, konsep Sinoptik adalah anak manusia, yang
memperbandingkannya dengan konsep pernyataan yahudi. Dimana Injil Markus hanya
mengirimkan 3 perkataan tentang anak manusia. Diantaranya Markus 13:26, Markus 8:38,
Markus 14:62.[12]
3.
Yesus sebagai Mesias
Yesus pada permulaan
pekerjaan-Nya tidak mau diumumkan (diketahui orang) sebagai Mesias. Karena itu
Ia melarang murid-murid-Nya dan orang-orang yang Ia sembuhkan dan yang
kerasukan roh jahat itu kepada orang lain bahwa Ia adalah Mesias.[13]
Jemaat didalam Perjanjian Baru percaya bahwa Yesus menggenapi pengharapan yang
lama akan kedatangan seorang penyelamat. Namun, walaupun Ia menggenapinya,
Yesus mengubah pengertian konsep penyelamat itu. Dalam pengharapan-pengharapan
pada waktu itu Mesias sering dianggap sebagai seorang tokoh politik, tetapi
tidak demikian dengan pengertian orang Kristen mula-mula tentang Yesus. Oleh
pengharapan-pengharapan popular itu maka Yesus sendiri tidak memakai gelar
Mesias. Namun pengenalan orang-orang Kristen akan Dia sebagai Mesias dan
latarbelakang gelar itu diantara orang Yahudi, bersama-sama berdasar kepada
kepercayaan bahwa Mesias adalah wakil Allah dan melalui Allah Dialah Allah yang
hadir dalam dunia untuk keselamatan umat-Nya.[14]
Terpusatnya harapan mesianik pada Yesus dapat
terlihat pada saat perjalanan ke Kaesarea pada waktu Yesus bertanya kepada
murid-murid-Nya, “Tetapi apa katamu,
siapakah Aku ini?” Petrus membuat pengakuan, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat.16:16, Mrk.
8:27-29, Luk. 9:18-20).[15] Di
dalam pelayanan yang dilakukan oleh Yesus memberikan gambaran bahwa Ia adalah
Mesias. Hal ini dapat dilihat dalam tanggapan Yesus terhadap pertanyaan Yohanes
Pembaptis, “Engkaulah yang akan datang itu?" (Mat. 11:3). Yesus
mengingatkan Yohanes Pembaptis bahwa Ia menyembuhkan orang sakit, membangkitkan
otang mati dan memberitakar Iniil kepada orang-orang miskin. Hal ini
menunjukkan bahwa Yesus ingin membetulkan pandangan Yohaaes tentang peran
Mesias. Perbuatan dan pengajaran Yesus menurut kitab-kitab injil dapat
dsimpulkan sebagai pelayanan kepada orang-orang yang mernbutuhkan. Pengertian
pesan Mesias itu mendasari pandangan orang-orang Kristes mula-oula mengenai
Yesus sebagai “Kristus” dan istilah itu diperluas lagi sehingga mencakup iuga
konsep pendetitaan bagi orang-orang lain, sebagaimana Yesus sendiri menderita.
Kepercayaan orang Kristen mula-mula akan Yesus sebagai Mesias dihasilkao oleh
perpaduan antara perbuataa-perbuataa-Nya dan kematian-Nya.[16]
2.3.3.
Pemahaman Teologia Tentang Roh Kudus
Pembicaraan mengenai
Roh Kudus dalam Injil Sinoptik hanya sedikit, kecuali pada saat kelahiran Yesus
(Mat.1:18; Luk. 1:35) dan pembaptisan-Nya (Mrk. 1:8). Dikatakan bahwa Roh
bekerja dalam pelayanan Yesus melawan kuasa-kuasa jahat (Mat. 12:28).
Sedikitnya petunjuk tentang Roh Kudus mungkin karena adanya keyakinan bahwa
karya Roh Kudus baru terlihat setelah kebangkitan Yesus (Yoh. 7:39).[17]
Dalam Kisah Para Rasul, Kristus dan Roh terang dibedakan. Dalam Kis. 8:16 dan
19:1-6, dimana karunia Roh diberikan menyusuli kelahiran baru dan nampaknya
dapat dilihat dan didengar. Tapi tidak ada landasan untuk menyimpulkan bahwa
kuasa karunia Roh dapat dialami tanpa Kristus. Roh datang kepada orang yang
percaya akan janji yang dibuat bagi dan oleh Kristus (bnd. acuan PL yang
mengacu kepada Kis. 2:39 yakni Yes. 54:13; 57:19; Yl. 2:28-32), dan menantikan
penggenapannya- bahwa Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai
memperlengkapi saksi-saksi perihal karya Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan
keselamatan. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi demi
Kristus. Rasul-rasul dipenuhi Roh, berkotbah dan melakukan pekerjaan kasih yang
ajaib dalam nama Yesus (Kis. 3:6), Roh menjaga kehormatan Anak dan menolak
hormat bagi diri-Nya dan bagi manusia (Yoh. 16:14).[18]
2.3.4.
Teologia dalam Surat-Surat Paulus
Surat
Roma
Dalam kitab Roma
terdapat teologia yang dibangun oleh Rasul Paulus. Yang pertama yang bisa kita
lihat adalah pengajaran tentang Injil yang merupakan kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap manusia. Dijelaskan juga bahwa manusia telah berbuat dosa
dan sudah tidak mengenal Allah karena itu manusia berdosa sudah ada dalam hukum
Allah, ayitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa manusia tidak
dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui hukum Taurat. Keselamatan
itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini
berarti bahwa keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada
anugerah yang ada didalam Yesus Kristus. Kedua, pengajaran tentang kehidupan
orang Kristen setiap hari. Dalam kitab Roma dijelaskan bagaimana seharusnya
kehidupan setiap orang yang sudah memilih Yesus sebagai Tuhan dan
juruselamatnya. Paulus menulis tentang penerapan kebenaran Allah secara praktis
dalam kehidupan orang Kristen (Rm. 12:1-15:13), ia membahas hubungan orang
Kristen dengan jemaat (Rom. 12:1-8), dengan orang lain (Rm. 12:9-21) dan dengan
negara (Rm. 13:1-10). Ia meringkaskan kewajiban orang Kristen secara
keseluruhan dengan kata-kata “kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Rm. 13:10).
Paulus menandaskan bahwa standar moralitas Kristeb tidak dihasilkan melalui
seperangkat peraturan yang dipaksa dari luar, melainkan oleh kuasa Roh Kudus
yang bekerja didalam diri orang percaya dan hasil akhir dari pekerjaan Roh
Kudus adalah pada kenyataannya hukum Allah dipelihara.[19]
Surat
I & II Korintus
Dalam surat 1&2 Korintus dapat dilihat beberapa
pandangan teologia yang dibangun oleh Paulus. Berbicara mengenai hikmat, Paulus
menyatakan bahwa hikmat yang benar adalah Kristus yang disalibkan, yang “bagi
orang-orang yang dipanggil adalah kekuatan dan hikmat Allah” (1 Kor. 1:24).
Demikian orang berhikmat adalah orang yang bermegah dalam kuasa Allah,
kendatipun ia sendiri lemah. Inilah yang selalu tampak jelas dalam sejarah
penyelamatan dan dialami sendiri oleh Paulus dalam kerasulannya (2 Kor.
12:7-10). Selanjutnya mengenai jemaat, Paulus mengatakan bahwa salah satu cirri
hidup jemaat adalah persatuan. Sebagai tubuh Tuhan, jemaat harus menunjukkan
satu persekutuan kasih. Paulus menyampaikan pesan bahwa kedatangan Tuhan
digambarkan sebagai kemenangan atas maut. Kemenangan diawali oleh kebangkitan
Kristus, disusul oleh kebangkitan orang mati. Mereka akan dibangkitkan dalam
keadaan yang tidak dapat binasa, semua diubah (1 Kor. 15:51-52). Orang Kristen
yang menerima Kristus diubah oleh kemuliaan Allah yang bersinar dalam wajah
Kristus. Ia diterangi oleh kemuliaan itu agar dapat memberikan terang kepada
saudara-saudaranya. “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka
yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan
yang semakin besar”.[20]
Surat Galatia
Isi surat Galatia adalah surat yang menentang
penyelewengan terhadap Injil Kristus. Paulus mau menyampaikan kebenaran yang
utama tentang pembenaran berdasarkan iman bukan berdasarkan hukum telah
dikaburkan oleh para pendukung Yudaisme yang bersi-keras bahwa orang-orang yang
percaya kepada Kristus harus melaksanakan hukum Taurat bila mereka ingin
sempurna dihadapan Allah. Yang mana paulus melihat ajaran ini sudah menyusup
kepada jemaat-jemaat di Galatia dan telah menyangkal karunia kebebasan bagi
mereka.[21]
Surat Galatia juga berisi pembelaan Paulus mengenai kerasulannya, dimana banyak
orang Galatia yang meragukan kerasulan Paulus skibat hasutan orang Yahudi.
Sehingga dalam surat Galatia terutama pada ayat pendahuluan, Paulus menjawab
tantangan itu dengan lantang. Dengan sangat yakin ia mengatakan bahwa
kerasulannya tidak berasal dari usaha manusia dan bahkan tidak ada tangan
manusia yang menahbiskannya untuk tugas pelayanan itu, tetapi ia menerima
panggilan itu langsung berasal dari Allah.[22]
Surat Filipi
Ada topic yang menarik dalam surat Filipi, adalah berita Injil dimana ia berbicara
tentang “persekutuanmu didalam berita Injil” (1:5), “meneguhkan berita Injil”
(1:7), “iman yang timbul dari berita Injil” (1:27), “pelayanan Injil” (2:22),
“berjuang dalam pekabaran Injil” (4:3), “mulai mengabarkan Injil” (4:15).
Paulus mengunakan istilah ini untuk menunjukkan suatu bentuk iman, suatu bentuk
berita dan ruang lingkup kegiatan yang berbentuk pengajaran. Didalam surat
Filipi tidak ada definisi Injil, tetapi hakekat Injil dirangkum dalam dua ayat
yang masing-masing memberikan aspek historis serta aspek kemanusiaan. Yang
pertama adalah kabar baik karena Kristus mati untuk manusia, dan yang kedua
meyakinkan manusia bahwa mereka dapat memiliki kebenaran dihadapan Tuhan.[23]
Surat Efesus
Yang ditekankan dalam surat ini adalah rahmat,
keselamatan, kesatuan dan kemuliaan Kristus. Mengenai Yesus, dikatakan bahwa Ia
tidak hanya kepala gereja, tetapi kepala seluruh ciptaan. Kristus adalah
kepenuhan segala sesuatu dan memenuhkan segala sesuatu (1:23; 4:10). Kedudukan
Kristus kembali ditegaskan, saat kegenapan waktu ialah ketika Allah mempersatukan
di dalam Kristus sebagai Kepala, segala sesuatu baik daripada segala
pemerintaha dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang
dapat disebut, bukan hanya didunia ini, melainkan juga didunia yang akan datang
(1:21), karena Ia sudah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit (4:10).[24]
Surat Kolose
Esensi pesan surat ini adalah keunikan peran
Kristus. Dalam Dia persekutuan Kristen mendapat kepastian keselamatan. Paulus
menggunakan konsep Yahudi mengenai hikmat (Kol. 1:9), yang juga menarik orang untuk
bertobat. Hal ini merupakan contoh awal bagaimana memperhalus konsep untuk
mengungkapkan iman Kristen dalam terminology yang sesuai dengan para pendengar.
Dalam Kristus hikmat Allah menjadi jelas dan maksudnya terlaksana. Kata-kata
akrab lain yang digunakan adalah “kepenuhan” (Kol. 1:19; 2:9) dan “rahasia”
(Kol. 1:26; 2:2), yang dengannya Paulus mengklaim bahwa seluruh keberadaan dan
kuasa Allah telah hadir dalam Kristus. Tidak ada perantara yang lain, seperti
hukum Yahudi (Kol. 2:14). Bagi Paulus, Allah dalam Kristus berbicara langsung
dengan manusia.[25]
Orang Yahudi mengandalkan Hukum, orang Yunani mengandalkan kebijaksanaan,
aliran gnostik mengandalkan upacara. Semuanya mengeser salib. Padahal saliblah
yang merupakan sumber penyelamatan sejati (Kol. 1:20; 2:14).[26]
Surat I & II Tesalonika
Dalam 1 Tesalonika, orang-orang gelisah memikirkan
nasib orang-orang yang sudah mati (bnd. 1 Tes. 4:13-18). Sehingga Paulus
mengatakan bahwa dengan jaminan kemenangan Allah menyatakan bahwa orang-orang
mati juga akan masuk dalam barisan pengikut Kristus, karena yang terjadi
pertama-tama adalah kebangkitan orang mati (1 Tes. 4:16). Paulus membahas juga
mengenai hidup Kristen, bahwa rancana Allah adalah rencana kasih dalam diri
Kristus. Hidup Kristen adalah kasih atau kehidupan dalam Kristus. Dalam II Tes.
2:13-3:18, Kita harus berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran benar.
Terlalu banyak orang tidak menganggap penting ajaran yang benar. Itulah Allah
yang memilih dan menyelamatkan kita oleh RohNya dan yang menguatkan kita dalam
pekerjaan dan perkataan yang baik. Dan itulah Allah yang memanggil kita untuk
hidup kudus dan sesuai dengan firmanNya (2:13-17). Lagi, ada orang di dalam
jemaat yang tidak bekerja dan yang bergantung pada orang lain untuk
penghidupannya. Paulus menyuruh jemaat untuk mengucilkan mereka dari jemaat
kalau mereka tidak mau bertobat dan bekerja (3:6-15). Paulus menegor mereka
untuk mengikut teladannya oleh karena waktu Paulus tinggal di situ, dia bekerja
untuk memenuhi keperluannya dan dia tidak bergantung pada seorangpun di
Tesalonika untuk keperluannya.[27]
I & II Timotius
Dalam surat I Timotius menekankan dua aspek.
Pertama, menitik beratkan pribadi Timotius, dia harus memenuhi beberapa
tanggung jawab sebagai hamba Tuhan dan sebagai pribadi teladan. Kedua,
menitikberatkan tanggung-jawab jabatannya, dia harus menjaga agar jemaatnya
diberi ajaran yang benar, diorganisasikan dan dilayani dengan baik.[28]
Dan I&II Timotius ditulis karena munculnya pengajaran-pengajaran sesat,
yang menaruh perhatian kepada dogeng dan silsilah (1 Tim. 1:4l 4:7; 2 Tim.
2:14) dan pertengkaran (1 Tim.1:6; 2 Tim. 2:16). Paulus memberikan jawaban
bahwa iman berarti pengajaran dan tingkah laku Kristen (1 Tim. 4:6; 5:8; 6:10).[29]
Surat Titus
Seluruh isi surat ini didasarkan pada pengharapan
akan hidup kekal. Paulus juga memberikan nasihat kepada pada pemimimpin jemaat
di Kreta. Serta mengajarkan doktrin yang benar. Namun secara umum, penekanan
yang lebih kuat pada perumusan pengakuan iman.
Paulus menulis surat ini kepada Titus untuk mengingatkan dia tentang
tujuan itu dan tentang pelayanannya di dalam jemaat-jemaat di Kreta.[30]
2.3.5.
Teologia dalam Surat-Surat Umum
Surat
Ibrani
Dalam surat Ibrani,
Allah yang sama yang menyerahkan hukum kepada Musa melalui tangan-tangan
malaikatNya telah berbicara mengenai Anak-Nya, yang telah dibuatnya untuk
sementara lebih rendah daripada malaikat agar Ia dapat masuk dengan sempurna
kedalam lingkungan kehidupan manusia sebagai bagian daripada-Nya (Ibr. 2:9-10;
14-18). Ia adalah ilahi sekaligus manusia. Ia patut menjadi imam besar.
Jabatannya tidak terputuskan oleh kematian (Ibr. 7:24), dan tempat kedudukanNya
adalah ditempat kudus di surga, ditempat
kediaman Allah sendiri (Ibr. 9:11-12). Ia adalah imam yang mempersembahkan
diriNya sendiri sebagai kurban, yang sangat berkenan kepada Allah, dan yang
mampu menebus segala dosa dan pelanggaran yang dilakukan dibawah hukum dan
dibawah kasih karunia (Ibr. 9:15; 10:10;19). Penebusan kekal yang telah
dibayarkanNya dapat kita terima oleh iman, iman yang sama seperti yang
ditunjukkan oleh orang-orang dari PL yang menjadi pemimpin rohani pada masanya.[31]
Surat
Yakobus
Surat ini bertujuan
untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagai
pencobaan yang menguji iman mereka. Selain itu juga memperbaiki pengertian yang
salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan dan juga menasihati dan membina
iman dalam hidup yang benar melalui perbuatan baik.[32]
Amanat dalam kitab ini adalah bahwa iman Kristen yang sesungguhnya ialah wajib
dinyatakan dalam perbuatan baik.
Surat
I & II Petrus
Dalam surat I Petrus
dua hal yang penting, pertama, penderitaan yang harus dialami sebagai orang
Kristus dan bagaimana menerimanya dengan tabah. Kedua, nilai penyelamatan yang
diberikan oleh kesaksian dan hidup Kristen itu. orang-orang Kristen terpisah
dari dunia. Ini tidak berarti bahwa mereka menjadi kasta tertinggi yang
tertutup. Sebaliknya, merek harus sadar bahwa mereka hidup di dunia sebagai
orang-orang yang diselamatkan. Hidup seperti ini mempunyai ciri missioner
(2:9). Dengan menghayati kehidupan Kristen, mereka menyatakan
perbuatan-perbuatan besar Allah. Dalam surat II Petrus, terdapat nasihat dan
peringatan. Tuhan yang tidak segera datang, bukanlah Tuhan yang mengingkari
janji. Tertunda kedatangan Tuhan berarti kesempatan lebih banyak untuk
bertobat.[33]
Surat
I,II,&III Yohanes
Yang dilawan dalam
surat-surat ini adalah ajaran palsu. Ajaran palsu yang menganggap Yesus
bukanlah manusia sungguh-sungguh. Ia adalah roh yang mendiami manusia. Yohanes
mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia (1 Yoh. 4:2). Yesus adalah juga
Anak Allah (1 Yoh. 4:15; 5:5). Allah tinggal didalam diriNya. Aliran sesat yang
kedua berpikir, karena mereka sudah hidup dalam Kristus dan bebas dari Hukum,
mereka dapat berbuat semau-mau mereka sendiri (1 Yoh. 2:4; 3:8-10; 4:20).
Melawan ini, Yohanes menegaskan bahwa Allah adalah kasih (4:16). Kasih itu
tampak dalam Kristus (4:9). Kasih inilah yang menjadi cirri hidup orang percaya
(3:11; 4:7). Seorang yang tidak mencintai saudaranya bukanlah orang Kristen
yang sejati.[34]
2.4. Pandangan Perjanjian Baru Terhadap
Berbagai Teologia Muncul dan pada Masa-Kini
Bila kita melihat
berbagai pandangan teologi dalam surat-surat Perjanjian Baru, terdapat banyak
penjelasan teologi yang coba dibangun. Teologi PB pada hakikatnya merupakan
teologi mengenai Kristus. Sehingga Kristologi memainkan peran yang sangat
penting, disamping tema-tema teologis yang lain. Dengan demikian, “Tidak satupun bagian Perjanjian Baru dapat
dimengerti, kalau tidak memahami Kristus seperti yang digambarkan oleh
bagiannya. Setiap bagian PB menyumbangkan pemikirannya tentang Kritus. Keanekaragaman
gagasan mengenai diri Yesus menyuguhkan gambaran yang sangat kaya dan semua gagasan
ini menyangkut seorang manusia yang sama, yang hidup dan bangkit kembali.[35]
Dengan demikian jelas
bahwa teologi PB itu tidak pernah lepas dari diri Yesus dan pesan serta
ajaran-Nya. Yang menjadi dasar dari PB
adalah fakta Kristus (the fact of Christ) itu sendiri. Yang dimaksud dengan
fakta Kristus disini adalah keseluruhan yang dicakup oleh kedatangan Yesus
Kristus. Tentu saja pribadi-Nya, pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, ajaran-Nya,
kematian-Nya, kebangkitan-Nya.
Dalam teologi
Perjanjian Baru ditemukan sesuatu yang unik, yaitu keanekaragaman dan kesatuan.
Meskipun dari awal perhatian isi PB adalah suatu sejarah yang berdiri sendiri
dalam ketegangan dengan setiap bentuk dari teologi. Sebagai bentuk dari teologi
Kristen dan jawaban dari pertanyaan tentang pokok pewahyuan Allah dalam Yesus
Kristus. Dari setiap surat yang ada didalam PB mempunyai tujuan pengajaran dan
kandungan teologi. Dari setiap surat yang ada didalam PB terdapat
keanekaragaman, tetapi walaupun demikian ada ditemukan didalamnya suatu
kesatuan teologi dimana yang menjadi dasar dan pusatnya adalah Yesus Kristus
dan ajaran-Nya. Dalam perbedaan, tetaplah Kristus yang diproklamasikan dan isi
yang hendak disampaikan adalah mengenai Yesus Kristus. Dengan demikian
keanekaragaman dan kesatuan itu nampak jelas dalam PB.[36]
Melalui pandangan PB
terhadap teologi yang muncul didalamnya, ini juga menjadi dasar kita terhadap
berbagai teologi yang muncul pada masa sekarang. Semua teologi yang muncul ini
haruslah kembali kepada dasar yang hakiki yaitu Firman Allah dan Yesus Kristus.
Dalam teologi itu harus jelas akan fakta firman Allah dan Yesus itu sendiri.
Sehingga keanekaragaman teologi yang muncul tetap memiliki kesatuan yang jelas.
Disamping itu teologi harus mencakup keseluruhan tentang Yesus Kristus. Tentu
saja pribadi-Nya, pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, ajaran-Nya, kematian-Nya,
kebangkitan-Nya. Satu hal yang terpenting, teologi-teologi yang ada pastilah
teologi yang berasal dari ajaran Yesus, bukanlah teologi yang bertentangan
dengan ajaran Kristus.
III.
Kesimpulan
Melalui penjelasan
diatas kita sudah melihat berbagai teologi yang muncul dalam PB. Dengan penuh
keanekaragaman tetapi tetap memiliki kesatuan. Karena teologi yang muncul tetap
memiliki dasar yang sama yaitu Yesus Kristus. Sehingga memberikan sumbangsih
kepada kita dalam membangun kerangka teologi yaitu dalam teologi itu harus
jelas akan firman Allah dan Yesus itu sendiri.
IV.
Daftar
Pustaka
…,
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta:
LAI, 2006
Abineno,
J.L. Ch., Yesus Sang Mesias, Jakarta:
BPK-GM, 1984
Barclay,
William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari
(Galatia-Efesus), Jakarta: BPK-GM,
1983
Browning,
W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:
BPK-GM, 2007
Bultmann, Rudolf, Theology of the new Testament, USA:Charles Scribners Sons, 1951
Drane,
John, Memahami Perjanjian Baru,
Jakarta: BPK-GM, 2009
Drewes, B.F., Apa Itu Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2009
Dunnet,
Walter M., Pengantar Perjanjian Baru, Malang:
Gandum Mas, 1963
Eckardt,
A. Roy, Menggali Ulang Yesus Sejarah, Jakarta:
BPK-GM, 2000
Eduard,
Heinz, The Son of Man in The Synoptic
Tradition, Philadelphia: The Westiminster Press, 1924
Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:
BPK-GM, 1991
Guthrie,
Donald, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta:
BPK-GM, 1993
Hunter, A.M., Memperkenalkan Teologia PB, Jakarta: BPK- GM, 1986
Marxsen,
Willi, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK-GM, 1994
Stanffer,
Ethelbert, New Teastament Theology, New
York: The Macmillan Company, 1961
Suharyo,
I., Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta:
Kanisius, 1991
Tenney,
Merill C., Survei Perjanjian Baru, Malang:
Gandum Mas, 1997
Walters,
G., Roh Kudus dalam Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini II, Jakarta: YKBK-OMF, 2007
Warner
Georg Kummel, The Theology of The New
Testament, New York: Abingdon Press, 197
Chrisnov M. Tarigan
Mahasiswa STT Abdi Sabda Medan
[1]
B. F. Drewes, Apa Itu Teologi,
Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 16-17
[2]
Ibid, hlm. 17
[3]
A. M. Hunter, Memperkenalkan Teologia PB,
Jakarta: BPK- GM, 1986, hlm.11
[4] Ibid., hlm.11-12
[5]
Rudolf Bultmann, Theology of the new
Testament, USA:Charles Scribners Sons, 1951, pg. 8
[6] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta:
BPK-GM, 1991, hlm. 47
[7] Ibid, hlm. 50
[8] A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah, Jakarta:
BPK-GM, 2000, hlm. 32-34
[9] Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 352
[10] Ethelbert
Stanffer, New Teastament Theology, New
York: The Macmillan Company, 1961, hlm. 108-109
[11] Werner Geogre, The Theology of The New Testament, New
York: Abingoon Press, 1973, hlm. 275
[12] Heinz Eduard, The Son of Man in The Synoptic Tradition, Philadelphia:
The Westiminster Press, 1924, hlm. 32-33
[13] J.L. Ch.
Abineno, Yesus Sang Mesias, Jakarta:
BPK-GM, 1984, hlm. 10-11
[14] Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 283
[15] A. Roy Eckardt, Op. Cit., hlm. 31
[16] Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 283-284
[17] W.R.F. Browning,
Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2007,
hlm. 386
[18] G. Walters, Roh Kudus dalam Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini II, Jakarta: YKBK-OMF, 2007, hlm. 320
[19] John Drane, Memahami
Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 371
[20] I. Suharyo, Mengenal
Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1991, hlm. 140-142
[21] Merill C. Tenney, Survei
Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1997, hlm. 333
[22] William Barclay, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari (Galatia-Efesus), Jakarta: BPK-GM, 1983, hlm. 33
[23] Merill C. Tenney, op.
Cit., hlm. 402-403
[24] I. Suharyo, op.
Cit., hlm. 155
[25] W.R.F. Browning, op.
Cit., hlm. 209-210
[26] I. Suharyo, op.
Cit., hlm. 153
[27] Ibid, hlm.
130-133
[28] Walter M. Dunnet, Pengantar
Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1963, hlm. 75
[29] I. Suharyo, op.
Cit., hlm. 160
[30] John Drane, Op.
Cit., hlm. 394
[31] Willi Marxsen, Pengantar
Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-GM, 1994, hlm. 272
[32] …, Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan, Jakarta: LAI, 2006, hlm. 22084
[33] I. Suharyo, op.
Cit., hlm. 170-172
[34] Ibid, hlm.
175
[35] Donald Guthrie, Teologi
Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK-GM, 1993, hlm. 385
[36] Warner Georg Kummel, The Theology of The New Testament, New York: Abingdon Press, 1973,
hlm. 15-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijaksanalah memberikan pendapat, setiap pendapat harus dibangun atas dasar yang jelas