KONSEP PENGHARAPAN MENURUT PERJANJIAN LAMA
I.
Pendahuluan
Didalam tema-tema kitab
perjanjian lama, pengharapan adalah salah satu tema pokok yang penting. Hal ini
didasarkan pada kehidupan bangsa Israel yang memang selalu hidup didalam
pengharapan. Harapan mereka akan adanya pembebasan dari perbudakan mesir, harapan
mereka untuk memasuki tanah penjanjian dan bahkan hingga harapan mereka akan
datangnya mesias yang pemerintahannya tidak akan berakhir. Melalui karya tulis ilmiah
kali ini kita akan mencoba membahas bagaimana konsep pengharapan didalam
Perjanjian Lama, apa yang melatar belakanginya dan apakah dasar dari
pengharapan itu didalam Perjanjian Lama.
II.
Pembahasan
2.1
Pengertian Secara Etimologi
Ada 4 kata dalam bahasa
Ibrani dalam bentuk kata kerja yang artinya mengharapkan yakni[1]:
1. Kata
קׇוַה (qawah) dihubungkan dengan קָו
(qaw) artinya berbaring, tali pengukur tegak lurus. Artinya mengulurkan untuk,
berbaring untuk, rindu kepada (Allah sebagai objek) muncul 26 kali.
2. Kata
יָהַל (yahal) artinya menunggu, rindu kepada (Allah) muncul 27 kali
3. Kata
חׇכַה (hakah) artinya menunggu (Allah) muncul 7 kali
4. Kata
שָבַר (sabar) artinya menunggu, berharap kepada (Allah) muncul 4 kali.
Keempat dari kata ini
artinya hampir sama. Tidaklah banyak keterangan/ bukti didalam perjanjian lama,
kata-kata ini hanya digunakan dalam 9 bagian tentang pengharapan kepada Allah.
Tetapi yang paling sering dipakai adalah תִקוָה
(tiqwah) 17 kali, yang mempunyai bentuk lain misalnya בֵטַה
(betah), yang mempunyai arti percaya atau selamat/ aman yang juga di
terjemahkan ελπις (elpis) dalam septuaginta. Kata harapan dalam bahasa Ibrani
selalu dihubungkan dengan kata percaya.[2]
Kata yunani elpis dan elpizein, kurang cocok dengan paham pengharapan sebagaimana terdapat dalam perjanjian
lama, yang jelas mempunyai religius dan yang sama sekali tidak ambivalen.
Dengan membandingkan septuaginta dengan teks ibrani, kita harus mengatakan
bahwa dengan kata elpizein diungkapkan
terutama kepercayaan, dalam arti merasa
diri aman, terlindung, mempunyai kepastian. Akan tetapi sekaligus juga berarti
menantikan, menginginkan. Dan justru karena hubungan dengan “percaya” itu, elpizein berarti mengharapkan penuh rasa
sabar dan tabah hati. Elpizein dalam
bahasa religius kitab suci ada kesamaan dan ada perbedaan dalam bahasa profan.
Kesamaannya ialah orangnya berhadapan dengan masa depan, sedangkan perbedaannya
terletak dalam sikap hati orang yang bersangkutan: dalam bahasa profan, orang
yang “mengharapkan” masa depan itu masih dapat khawatir juga, sebaliknya dalam
kitab suci ia tidak merasa
bimbang dan takut tetapi hatinya mantap karena mempunyai pegangan sehingga
dengan penuh kesadaran ia berani menghadapi masa depan.[3]
2.2. Latar Belakang Pengharapan
Dalam Perjanjian Lama
Tuhan adalah tujuan,
dasar dan isi pengharapan religius Israel yang menantikan kedatangan Tuhan
dalam kemuliaan. Jadi pengharapan Israel bersifat eskatologis, dengan catatan bahwa kepenuhan keselamatan diharapkan
dari Tuhan semata-mata, sebagai kasih karunia: “Hanya pada Allah saja kiranya
aku tenang, sebab daripadaNyalah harapanku” (Mzm. 62:6). Yang “belum’ itu
paling menonjol dalam pengharapan ini, sedangkan yang “sudah” ialah kepercayaan akan janji Allah. “Aku ini akan
menunggu-nunggu Tuhan, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku” (Mi.
7:7). Jadi dengan menyatakan pengharapannya, umat Israel sekaligus
mengungkapkan kepercayaannya kepada Tuhan. Berharap dengan tekun dan setia
adalah pengakuan iman konkret bagi Israel. Dan “orang-orang yang menantikan
Tuhan mendapat kekuatan baru;
mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka
berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”
(Yes. 40:31).[4] Ketika menantikan Tuhan dalam pengharapan, orang yang
menantikan pengharapan tersebut mendapatkan kekuatan yang memampukan melakukan
hal-hal nyata dalam pengharapan. Sehingga yang hidup dalam pengharapan, tidak
hanya berdiam diri namun memperlihatakan tindakan yang mencerminkan kesetiaan
didalam berpengharapan kepada Allah.
Dalam kitab Yesaya
(juga dikitab nabi-nabi yang lain) ada pengharapan akan kedatangan kedatangan
seorang pemimpin istimewa yang diutus oleh Allah. Israel sudah biasa mengenal
tokoh-tokoh yang tertentu akan diutus oleh Allah. Israel sudah biasa mengenal
tokoh-tokoh yang tertentu yang akan diutus oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan
mereka sebagai bangsa seperti para imam, nabi, hakim, dan raja. Tetapi Yesaya
belum menikmati hidup yang semestinya sebagai umat Allah. Karena dosa mereka
yang mengakibatkan hukuman Allah sehingga mereka tertindas dan terjajah. Maka
mereka
senantiasa menanti-nantikan kedatangan seorang yang akan membawa zaman baru
yang disebut Mesias. Nabi melukiskan beberapa tokoh yang bersifat messianis
terutama sekali raja keturunan Daud yang agung mengingat janji Allah kepad Daud
yang akan tetap memegang jabatan raja (2 Sam. 7: 16). Israel mengharapkan penggenapan janji itu
pada masa depan dengan kedatangan raja keturunan Daud (Yes. 9:6; 11:1-5; Yer.
23:5-6; Yeh. 37: 24-25). Yesaya tahu bahwa Allah memakai bangsa Asyur untuk
menghukum bangsa Israel tetapi Yesaya juga tahu bahwa kekuasaaan Asyur itu juga
dibatasi oleh Allah yang sama. Oleh karena itulah nabi Yesaya mengharapkan dan
menanti-nantikan seorang Mesias dari keturunan Daud (Yes. 7; 9 dan 11).[5]
Kata elpizein dalam septuaginta memang
dipakai untuk menterjemahkan dalam bahasa Yunani kata-kata Ibrani tadi yang
mengungkapkan pengharapan, tetapi lebih kerap dipakai untuk menerjemahkan paham
kepercayaan atau keyakinan. Maka itu dalam septuaginta “Pengharapan” berarti
“Keinginan penuh kepercayaan”. Pengharapan sebetulnya lebih tertuju kepada
Tuhan daripada kepada keselamatan
yang diharapkan dari padaNya. Pengharapan berarti kepercayaan kepada Tuhan menjamin hidup kita:
“Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mzm. 23:1). Dasarnya ialah sabda
Tuhan sendiri: “Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju
ke negri Kanaan, suatu negri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Kel
3:17).[6]
2.3. Dasar Biblis Tentang Pengharapan
Harapan adalah sebuah
kata kunci dalam iman biblis.[7]
Baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru kita dapat menemukan
kata tersebut. Perjanjian lama berbicara tentang orang beriman yang “berharap
kepada Tuhan” (Mzm. 31:25;33:22; 38:16; 39:8; 42:6,12; 43:5; 130:7; 131:3).
Berulang kali dikatakan bahwa Israel berharap kepada Tuhan, Tuhanlah
“pengharapan Israel” (Yer. 14:8-22; 17:13). Bersama pemazmur, orang Israel yang
saleh
itu berdoa: “Engkaulah harapanku ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya
Allah” (Mzm. 71:5). Dari kutipan terakhir tampaklah bahwa pengharapan itu
sekaligus menjadi ungkapan iman yang kuat. Selain unsur kepercayaan, ada juga
unsur eskatologis karena pengharapan itu “harapan untuk hari depan”. Allah
bukan hanya tujuan harapan, tetapi juga sumbernya.[8]
Kepastian harapan ini
lain daripada kepastian perencanaan: “hati manusia memikir-mikirkan jalannya,
tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya” (Ams. 16:9). Kepastian yang
mencirikan pengharapan itu selalu berarti kepercayaan: meletakkan nasib dalam
tangan Tuhan. Termasuk hakikat pengharapan bahwa apa yang diharapkan itu belum
dilihat. Oleh karena itu, harapan yahudi yang sejati terungkap dalam pengakuan
ini: “Aku hendak menantikan Tuhan yang menyembunyikan wajahNya terhadap
keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia” (Yes. 8:17). Dasar pengharapan
adalah kesetiaan Tuhan akan janji-janjiNya, yang terbukti dalam masa yang
lampau.[9]
Pengharapan menjadi jembatan antara manusia yang menantikan pemenuhan janji itu
dan Allah yang memberikan janji-janjiNya.
Rasul paulus juga
menyebutkan bahwa “kasih karunia pembenaran (Rom. 5:2)”, ketekunan (Rom. 5:4;
15:4), kasih Allah (Rom. 5:5), penghiburan dari kitab suci (Rom. 15:4), dan
Allah sendiri (Rom. 15:13) sebagai dasar pengharapan. Pada intinya pengharapan itu datang dari Tuhan dan bekerja
melalui anugerah didalam diri orang beriman yang juga nyata secara keseluruhan hidup.
Dengan kata lain Allah sendiri yang menjadi dasar pengharapan dan kitab suci
memberi kesaksian mengenai kasih Allah (bnd. Rom. 16:26). Dasar pengharapan
bagi orang percaya adalah kebangkitan Kristus. Sebab pengharapan masa depan yang ditunjuk
adalah masa depan dari Kristus yang bangkit. Jadi kebangkitan Kristus sebagai
janji Allah untuk masa depan orang percaya. Jadi dasar pengharapan orang Kristen
adalah salib dan kebangkitan Kristus sebagai sebuah peristiwa yang menyatakan
janji eskatologis Allah.[10]
2.4. Pengharapan Sebelum Masa Pembuangan
Hingga Pasca Pembuangan
Pengharapan akan
kedatangan Mesias sudah ada sejak zaman Hawa ketika masih berada ditaman Eden.
Ia akan meremukkan kepala ular (Kej. 3:15). Allah juga telah memberikan
pengharapan akan kedatangan Mesias pada zaman Sem, Abraham, Ishak, dan Yakub.[11]
Namun yang akan dibahas disini hanyalah beberapa nabi diantaranya :
a. Natan
Setelah Daud membangun Bait Suci
bagi Tuhan, nabi Natan diutus Tuhan untuk menyampaikan janji Allah kepada Daud
bahwa Sang mesias akan datang sebagai salah satu keturunannya, sebagai raja
abadi, seperti
dikatakan Tuhan, “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan aku akan
mengokohkan tahta kerajaan untuk selama-lamanya” (2 Sam. 7:13). Yesaya
mengatakan, “Suatu Tunas akan keluar dari tunggul Isai (yaitu Ayah Daud), dan
taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”. Daud menuliskan dalam
Mazmur 22, menubuatkan apa yang dipikirkan oleh Yesus dikayu salib.
b. Amos[12]
Nabi Amos memberikan harapan
mengenai kedatangan Mesias yang berasal dari keturunan Daud.[13]
Amos mengatakan bahwa kerajaan Daud akan kembali besar menguasai Israel yang
telah dipersatukan dan menguasai bangsa-bangsa tetangga termasuk Edom.
c. Hosea
Hosea memfokuskan bahwa Mesias
adalah raja yang datang dari keturunan Daud.[14]
Hosea bernubuat bahwa pada masa akhir nanti Israel akan mencari Daud dan
kemudian bergabung kembali dengan Yehuda dan mengakui Daud sebagai rajanya
(1:11; 3:5). Hosea diutus Tuhan untuk mencintai Gomer, seorang wanita sundal
kemudian menebus dia. Ini seperti gambaran tentang Mesias yang nantinya juga akan menebus umat manusia.[15]
Hosea menubuatkan dalam Hos. 11:1 bahwa Allah memanggil AnakNya yaitu Mesias
dari Mesir. Dan ini telah digenapi dalam Mat. 2:20 Mesias yang lahir di
Betlehem Efrata, keturunan Daud dan lahir dari seorang perawan harus dipanggil
dari Mesir. Ada 5 aspek yang spesifik dari janji Tuhan dikitab Hosea: (1)
Mesias akan datang ketika Israel kembali kepada Tuhan, (2) Mesias berasal dari
keturunan Daud, (3) Ia akan menjadi raja yang besar, (4) Ia akan membuat
bangsa-bangsa tunduk kepadaNya, (5) Mesias diidentifikasikan dengan Yahweh.
d. Yesaya[16]
Walaupun Yesaya mengetahui rencana
kehancuran Yehuda, tetapi ia tetap berpegang pada harapan bahwa penguasa masa
depan yang akan diurapi akan datang dan akan berasal dari keturunan Daud.
Yesaya menubuatkan bahwa Mesias akan lahir dari seorang perawan (Yes. 7:14) dan
ini digenapi dalam Mat. 1:23. Nubuat ini telah dinubuatkan oleh Yesaya ± 700
tahun sebelum Yesus lahir. Mesias dinyatakan dalam Yesaya 7:14 layak mendapat
gelar Immanuel (Allah menyertai kita). Dalam Yes. 9:5,dst anak yang lahir,
putera ayng diberikan, diuraikan sebagai “Allah yang perkasa, Bapa yang kekal,
Raja Damai.” Dinubuatkan oleh Yesaya bahwa Mesias akan memerintah atas sisa
bangsa yang selamat dengan hukum dan keadilan. Ia akan dipenuhi oleh Roh Allah (Yes.
7:13-17; 9:5-6; 11:1-9).
e. Mikha
Mikha memberikan pengharapan bahwa
Mesias bukan hanya berkuasa atas Israel dan Yehuda saja, tetapi pemerintahannya
akan sampai keujung bumi (Mi. 5:1-4a). Mikha menguraikan bahwa anak yang akan
lahir itu sebagai seorang “yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak
dahulu kala.” Pernyataan ini merupakan pernyataan yang kuat tentang keberadaan
sang Mesias sebelum ia dilahirkan ke dunia. Gabuangan kesaksian diatas ini
dengan kesaksian-kesaksian lainnya memastikan hanya bila Ia datang, Mesias itu
adalah Allah dan manusia didalam satu pribadi. Mikha menggambarkan bahwa Mesias
akan datang sebagai sesosok yang sederhana, yang lahir dikota kecil Betlehem
(5:1). Kelahiran sang mesias telah dinubuatkan lebih kurang 700 tahun
sebelumnya.[17]
Kota Betlehem ini digambarkan begitu kecil (kota Benyamin), namun Allah akan
meninggikan Betlehem. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kota Betlehem ini
merupakan tempat asal-usul kaum Efrata, yang juga menjadi suku asal-usul Daud.[18]
Mikha melihat bahwa kekuasaan Mesias tidak terbatas pada Israel, tetappi
samapai keseluruh Dunia.
f. Yeremia
Pengharapan Mesias dalam kitab
Yeremia lebih samar-samar daripada didalam kitab Yesaya. Yeremia banyak
mengaitkan nubuatnya pada tradisi-tradisi lama tentang penyelamatan dari mesir,
perjanjian di Sinai dan penguasaan Palestina.[19]
Ia juga berbicara tentang Mesias yang akan datang dari keturunan Daud (23:5).
Yeremia bukan hanya membahas kehancuran Yehuda, tetapi juga kehancuran bait
Allah dan terhentinya pemujaan dan peribadatan dalam bait Allah. Oleh karena
itu ia mengajukan gagasan bahwa pada kedatangan raja yang akan datang itu ada
jabatan keimamam yang disamping Mesias, menjamin kebangkitan kembali pemujaan
dan peribadatan Israel (33:17).
g. Yehezkiel
(Pada masa pembuangan)
Pengharapan Mesianis dalam
Yehezkiel dipandang sebagai salah satu berkat Allah. Mesias ini bukan mempunyai
kekuasaan duniawi tetapi sebagai raja kedamaian. Yang pekerjaannya dapat
dibandingkan dengan pekerjaan gembala. Yehezkiel membayangkan sebuah negara agama
yang akan berdiri setelah masa pembuangan. Ia sangat meyakini bahwa: (1) Masa
kedatangan Mesias akan tiba, (2) Orang-orang Isrel akan kembali ke tanah yang
dijanjikan.
h. Hagai
Hagai sangat Yakin bahwa jawaban
akan pengharapan kedatangan Mesias akan terlaksana dalam waktu singkat. Hagai
yakin bahwa daalam nama Zerubabel, keturunan Daud[20]
yang mempunyai peran besar dalam kembalinya bangsa dan pembangunan bait Allah,
akan wujub penggenapan pengharapan Mesianis bangsa Israel (Hag. 1:1-12;
2:21-24). Karena melihat pembangunan bait Allah, maka hagai yakin bahwa
penggenapan janji dalam nubuat nabi-nabi dari masa pra-pembangunan (Yeremia,
Yehezkiel dan yesaya) yang berakar pada nubuat nabi Natan (2 Sam. 7) akan
terwujud pada masa hidupnya.
i.
Zakharia
Dalam Zakharia 1-8 dapat dilihat
bahwa kitab Zakharia menuju penggenapan. Zakharia yakin bahwa kerajaan Allaj
sudah dekat, dimana kekuasaanya diwakili oleh dua orang yang diurapi. Satu
adalah Mesias (Politis), dan satu lagi mewakili tradisi para imam yang menjadi
penasehatnya, sehingga antara keduanya ada kedamaian. Zakharia menubuatkan
bahwa akan ada yang menghianati Mesias. Dan dalam kitab mat. 27:9-10, dapat
dilihat penggenapannya dari nubuatan Zakharia 11:12, bahwa Yudas Iskariot
menghianati Tuhannya dengan harga seorang budak, 30 keping perak (Kel. 21:32).
2.5. Sifat Umum Nubuatan para Nabi
tentang Pengharapan Mesianis
Nubuatan tentang pengharapan Mesianis cukup jelas,
khususnya bila dipandang dari pernyataan perjanjian baru dimana penggenapannya
membantu memberikan keterangan tentang isi nubuatan didalam perjanjian lama
itu. Bagaimanapun juga nubutan Mesianis ini memiliki masalah-masalah tertentu
namun tetap tidak mengurangi makna mesianis itu sendiri. Adapun sifat-sifat umum dari
nubutan pengharapan
mesianis
oleh para nabi adalah sebagai berikut:
a)
Bahasa
dari nubuatan tentang mesias sering samar-samar.
Tetapi walau samar-samar, tidak mungkin memiliki dua arti. Seperti yang pernah
dikatakan oleh Milton Terry bahwa “Jika Alkitab memiliki lebih dari satu arti,
itu tidak ada artinya sama sekali”.[21]
Tetapi maksud Allah dalam kesamaran ini ialahuntuk menjadikan nubuatan itu
dapat dimengerti oleh orang-orang percaya sejati yang diajar oleh Roh Kudus dan
oleh karena itu dapat membedakan mana bagian-bagian yang merupakan nubuat
tentang Mesias. Banyak diantara bagian-bagian itu tidak dapat ditafsirkan kecuali
diterangi oleh isi Firman Allah.
b)
Bahasa
dari nubuatan Mesias sering bersifat kiasan. Arti kiasan itu
tidak perlu tak berketentuan, karena sering kiasan itu memberikan maksud yang
jelas bahkan walaupun bagian tersebut barangkali perlu ditafsirkan. Misalnya,
ketika kitab suci mengucapkan nubuatan berikut, “Suatu tunas akan keluar dari
tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (Yes.
11:1), jelas ayat ini menunjuk kepada Mesias sebagai seorang yang akan
diturunkan dari Isai. Disini meskipun memakai bahasa kiasan, namun keheranan
yang akan dikandungnya sungguh jelas.
c)
Terdapat
hubungan typologis antara Daud dan nubuat kedatangan Mesias.[22]
Daud
adalah tipe tentang Kristus sebagai seorang yang mula-mula gembala kemudian
menjadi raja. Arti typologis dari peristiwa-peristiwa ini maupin berbagai
kejadian kecil dalam hidupnya adalah bayang-bayang tentang Kristus. Terlebih
bagi nabi-nabi yang hidup pada masa pra-pembuangan melihat masa keselamatan
sebagai kebangkitan kembali kerajaan Daud yang besar dan Agung.
d)
Dalam
nubuatan tentang Mesias masa depan sering dianggap masa lalu atau masa
sekarang. Bahasa Ibrani sering mempergunakan pengertian
“sudah” dalam menulis nubuatan. Nubuat-nubuat agung dari Yesaya 53 umpamanya, ditulis
seakan-akan sudah terjadi. A. B. Davidson mengemukakan, “penggunaan ini sangar
luar biasa dalam bahasa yang muluk-muluk dari para nabi, yang iman dan
imajinasinya demikian jelas memproyeksikan didepan mereka segala peristiwa atau
kejadian yang mereka nubuatkan seperti tampaknya sudah terjadi. ” ini bagian
dari maksud Allah, dan oleh karena itu bagi nabi-nabi yang dapat memandangnya
dengan jelas peristiwa-peristiwa tersebut sama seperti sudah terjadi. Gaya
bahasa seperti ini menunjukkan bahwa peristiwa yang diramalkan dalam perjanjian
lama itu pasti digenapi bahkan walaupun akan terjadi dimasa depan.
e)
Nubuatan
tentang Mesias sering dilihat secara horisontal dan bukan vertikal. Dengan
perkataan lain, walaupun urutan peristiwa dalam nubuatan itu pada umumnya
dinyatakan dalam kitab suci, tetapi nubuatan tidak selalu memberikan jarak
waktu yang mestinya ada diantara dua peristiwa besar yang disebutnya. Nubuatan
perjanjian lama bisa saja melompat dari peristiwa penderitaan Kristus langsung
kepada kemuliaan-Nya tanpa menyebutkan jangka waktu yang terbukti dari sejarah
memisahkan kedua peristiwa besar itu. Fakta bahwa nubuatan tentang Mesias tidak
selalu menyebutkan jangka waktu diantara beberapa peristiwa, digambarkan dalam
kutipan Kristus dari Yes. 61:1-2 dan didalam Luk. 4:18-19. Ayat-ayat di Yesaya
menghubungkan kedatangan pertamadan kedua dari Kristus tanpa petunjuk bahwa ada
jangka waktu yang lebar diantara keduanya.
Fakta
yang penting yang berdiri teguh diatas yang lain adalah Mesias dari perjanjian
lama adalah juga Mesias dalam perjanjian Baru. Sebab perjanjian lama adalah
legitimasi dari kedatangan Yesus. Ia secara aktif ikut serta membawa
keselamatan dalam pengertian yang paling luas kepada orang-orang yang percaya
kepadaNya.[23]
2.6. Teologi Pengharapan “Jurgen
Moltman”
Teologi pengharapan
muncul tahun 1960-an ketika Kristen ateis tampil kedepan. Pada saat itu
pemahaman teologi ‘Allah mati’ yang dikemukakan oleh Friedrich Nietzsche juga
sangat gencar. Teologi pengharapan bersumber dari pemahaman eskatologi Albert
Schweitzer pada permulaan abad ke-20 yang banyak mengarahkan teologi ke masa
depan, bukan masa lampau atau masa sekarang. Teologi ini melihat hubungan iman
dan sejarah begitu kuat.[24]
Jurgan Moltmann lahir
di Hamburg, Jerman, pada tahun 1926. Ia adalah seorang professor teologi
sistematika dari universitas Tubingen. Ia mulai ide tentang Pengharapan manusia
ketika ia ditahan sebagai tahanan perang di Inggris, dimana pengharapan selalu
berada diantara hidup dan mati. Pada tahun 1948 ia mulai belajar teologi di
Tubingen disana ia memperoleh gelar doktornya. Setelah selesai belajar teologi,
ia menjadi pendeta jemaat. Setelah tamat ia mengajar di Seminari Gereja di
Wuppertal kemudian ke universitas Bonn sebelum di Tubingen tahun 1967. Hasilnya
ia mampu menghasilkan tiga buah buku teologi yang sangat berpengaruh, yaitu Theology of Hope (1965), The Crucified God (1974) dan The Church in the Power of the Holy Spirit
(1977).[25]
Ada beberapa pendapat
Moltmann: Pertama, pengaharapan
bukanlah sebuah utopia yang tidak dapat digenapi. Dengan mengikuti calvin,
Moltmann mendefenisikan pengharapan sebagai harapan akan hal-hal yang diterima
oleh iman sebagai sesuatu yang telah dijanjikan Allah. Jadi dlam iman kita
percaya bahwa Allah adalah benar, sementara pengharapan menunggu waktu pemeuhan
kebenaran dinyatakan. Dalam pendapat Moltmann, dosa mewujud dalam
ketidakberpengharapan yang terdaapat dalam dua hal yakni anggapan dan
keputusasaan. Anggapan terjadi apabila seseorang mencoba untuk mengantisipasi
apa yang diharapkan dari Tuhan tanpa janji Tuhan. Sedangkan keputusasaan
terjadi apabila seseorang mengantisipasi apa yang tidak dipenuhi dari apa yang
dijanjikan. Kedua, sisi lain yang
dilihat Moltmann disini adalah janji. Baginya, janji adalah pernyataan akan
datangnya suatu kenyataan yang belum ada. Janji ini menghubungkan manusia
dengan masa depan yang didalamnya ada sejarah. Dalam masa antara janji dan
penggenapannya terdapat kebebasan untuk patuh atau tidak patuh, berharap atau
kecewa. Menurutnya, Allah menunjukkan kasih setia-Nya dengan membawa
janji-janjiNya kemasa depan. Ketiga, menurt
Moltmann pentingnya eskatologi dapat dilihat dalam penyaliban dan kebangkitan Kristus.
Makna dari kedua hal ini tidak terletak pada masa lampau dan masa sekarang
tetapi lebih banyak pada masa depan. Ia mengatakan bahwa melalui janji, masa
depan yang masih samar telah diberitakan dan mendesak untuk diberitakan pada
masa sekarang melalui pengharapan. Kedatangan Kristus bukan hanya merupakan
penyataan akan kenyataan tetapi penyataan akan apa yang belum terjadi. Keempat, gereja berperan dalam misi
dimana gereja berpartisipasi dalam menyatukan manusia dengan sesamanya,
masyarakat dengan alam dan ciptaan dengan Tuhan.[26]
2.7. Konsep Pengharapan Menurut Perjanjian Lama
dan Relevansinya dalam Kehidupan Umat Percaya
Dalam perjanjian lama
pengharapan selalu satu dari baik atau buruk, harapan atau ketakutan.
Pengharapan terhadap suatu yang baik dihubungkan dengan kepercayaan dan
pengharapan yang merupakan hasrat atau kerinduan dimana unsur kesabaran dalam
menunggu atau menghilang/ melarikan
diri ketempat perlindungan itulah yang sangat ditekankan. Harapan adalah
pengharapan akan sesuatu yang baik, sangat panjang selama hidup. Dimana ada
hidup maka disitu ada pengharapan. Tetapi harapan bukanlah sebuah mimpi yang
menghibur dari imajinasi yang menyebabkan kita lupa terhadap permasalahan hidup
kita saat ini, atau kita diperingatkan dari sesuatu yang tidak pasti. Hidup
yang benar adalah dasar kita untuk berharap.
Memiliki harapan untuk
masa depan menunjukkan bahwa ada sesuatu yang baik dalam diri kita dimana
harapan selalu lagsung ditujukan oleh manusia kepada Allah. Adlaah hal yang
biasa dan paling sering terjadi dalam kehidupan manusia ketika manusia daalam
masalah maka manusia itu pasti akan mempunyai harapan bahwa Allah akan
melepaskan dan menolongnya. Harapan adalah kepercayaan. Harapan yang kita percayai
dengan penuh itu adalah permohonan atau permintaan walaupun pada saat berharap
itu juga manusia tersebut masih diberkati. Dalam kitab Mazmur yang menjadi buku
dalam jemaat yang dipakai oleh umat, hal ini menunjukkan bahwa permintaan atau
permohonan itu sangatlah penting. Kebenaran selalu dihubungkan dengan kehendak
Allah. Harapan tidaklah langsung kepada hal yang spesifik tetapi lebih kepada
proyeksi pandangan kita terhadap masa depan dan umumnya percaya atas
perlindungan pertolongan Allah. Atau dapat dikatakan bahwa Allah adalah harapan
dan kepercayaan terhadap kebenaran. Kepercayaan penuh kepada Allah adalah bebas
dari kekhawatiran/ kegelisahan (Yes. 7:4; 12:2; Ams. 28:1). Harapan selalu
diikuti oleh takut akan Tuhan (Yes. 32:11; Ams. 14:16, 26; 23:18). Untuk itulah
maka disebutkan bahwa harapan seharusnya ditandai dengan sikap yang menunggu
dengan tenang dari Allah.
Jadi pengharapan kepada
Allah adalah melepaskan dari keadaan sukar dan lebih spesifik lagi bahwa dalam
pengharapan itu ada pemikiran atau pemahaman akan suatu pertolongan yang
eskatologis yang akan meletakkan dan mengakhiri semua kesukaran-kesukaran kita.
Pendirian dalam pengharapan dan kepercayaan mungkin akan bertambah dan
diekspresikan dalam
realitas bahwa segala yang ada adalah hanya sementara dan itu akan semakin
bertambah dalam pengharapan yang eskatologis pada masa depan.[27]
Menurut Kitab Suci, pengharapan yang benar adalah ketika kita tidak
merasa bimbang dan takut tetapi hatinya mantap karena mempunyai pegangan
sehingga dengan penuh kesadaran ia berani menghadapi masa depan. Didalam
pengharapan, Allah adalah tujuan, dasar dan isi pengharapan itu sendiri yang
menantikan kedatangan Allah dalam kemuliaan. Dasar pengharapan kita adalah
kesetiaan Allah akan janji-janji-Nya, pengharapan menjadi jembatan antara
manusia yang menantikan pemenuhan janji itu dan Allah yang memberikan
janji-janji-Nya. Ini semualah yang menjadi pegangan bagi kita semua untuk hidup
dalam pengharapan. Ada beberapa hal yang diperlu dibukti nyatakan dalam
kehidupan orang yang memiliki pengharapan, yakni:
- Tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan Tuhan (Yer 17:5-6)
- Taat dan Setia (Kej 12:1-9)
- Memiliki pendirian yang teguh (Yos 24:14-15).
- Tidak mudah terpengaruh (Bil 14:25-30).
- Memiliki sikap hati yang benar (Dan 1:1-21).
- Tegar di tengah persoalan (Dan 6).
- Berani menanggung resiko (Dan 3).
- Tidak mengenal putus asa (1 Sam 21-24,26,27).
- Berpegang teguh pada janji Allah (Kej 15-20), dll.
Orang yang berharap kepada TUHAN
disebutkan bahwa, "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang
merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya
panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering,
dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yer 17:8). Orang yang berharap kepada TUHAN
tidak akan ditelantarkan, sebab Dia-lah Bapa kita, pencipta, pemelihara dan
penyelamat kita. Apakah yang dijanjikan TUHAN kepada orang-orang yang berharap
kepada-Nya?
- Tidak akan dipermalukan/ dikecewakan (1 Raja 18:20-46, Roma 9:33; 5:5).
- Memperoleh pertolongan-Nya (Maz 37:24).
- Memperoleh pembelaan Allah (Za 2:8, 2 Taw. 20).
- Memperoleh berkat-berkat-Nya (Ul 8:18-20, Ayb 42)
- Memperoleh kekuatan (Hak 6-8, 1 Kor. 1:27-29); dll.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan
diatas maka kita dapat mengetahui apa yang menjadi dasar didalam pengharapan
serta latar belakangnya sehingga bangsa Israel didalam kitab Perjanjian lama
memiliki pengharapan terhadap Mesias. Pengharapan yang dimiliki bangsa Israel
tentunya tidak datang begitu saja melainkan dikarenakan adanya janji yang
datang dari Allah sendiri tentang nubuat kedatangan Mesias. Sehingga dengan
demikian dapat kita katakan bahwa konsep pengharapan didalam Perjanjian lama
memiliki hubungan yang erat dengan janji yang menjadi sumber pengharapan tersebut.
Dalam hal ini tentunya konsep pengharapan didalam dalam Perjanjian Lama
bersifat eskatologis karena mengacu kepada hal yang akan datang.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Baukham, Richard, Teologi Mesianis (Menuju Teologi Mesianis
menurut Jurgan Moltmann), Jakarta: BPK-GM, 1992
Brown, Collin (ed.), The New International Dictionary Of New
Testament Theology, Michigan: Grand Rapids, 1986
F. Walvoord, John, Jesus The King Is Coming, Chicago: Moody
Press, 1975
F. Walvoord, John, Yesus Kristus Tuhan Kita, Surabaya:
Yakin, 1969
Hentz, Otto, Pengharapan Kristen, Yogyakarta:
Kanisius, 2005
Kac, Athur Wm, The Messianic Hope, Michigan: Baker Book
House, 1975
Kaiser, Walter C., The Messiah in the Old Testament, Michigan:
Zodervan Publishing House, 1995
kittel, Gerhard,
gerhard Friedrich (ed.), Theological
Dictionary of The New Testament (Vol II), Grand Rapids, Michigan: Eermands
publishing company, 1964
Lane, Tony, Runtut Pijar, jakarta: BPK-GM, 2008
Siahaan, S.M., Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK-GM, 1991
Smith, David L., A Handbook of Contemporary Theology, Michigan:
Baker book, 2000
Syukur, Nico, Teologi Sistematika 2 “Ekonomi
Keselamatan”. Yogyakarya: Kanisius, 2004
Chrisnov M. Tarigan’s
& Julia Ginting’s
Mahasiswa di STT
Abdi Sabda Medan
[1] Collin Brown (ed.), The New International Dictionary Of New
Testament Theology, Michigan: Grand Rapids, 1986, hlm. 239
[2] Ibid., hlm. 239
[3] Nico Syukur, Teologi Sistematika 2 “Ekonomi Keselamatan”.
Yogyakarya: Kanisius, 2004, hlm. 505-506
[6] Nico Syukur, Op.Cit.,hlm. 610
[7] Otto Hentz, Pengharapan Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 2005, hlm. 16
[8] Nico Syukur, Op.Cit.,hlm. 506-507
[9] Ibid., hlm 507
[10] Richard baukham, teologi Mesianis (Menuju Teologi Mesianis
menurut Jurgan Moltmann), Jakarta: BPK-GM, 1992, hlm. 140
[11] F. Walvoord John, Jesus The King Is Coming, Chicago: Moody
Press, 1975, hlm. 127
[12] Amos adalah nabi yang
melanjutkan nubuat nabi Natan. Ia terpanggil untuk memperingati bangsa Yehuda
beserta rajanya (Yerobeam II), yang menduduki tahta Efraim, akan keruntuhan
kerajaan tersebut (7:9-11). Bangsa-bangsa lain juga akan dihukum tetapi dalam hukuman
tersebut masih akan ada bangsa yang selamat (9:8). Masa keselamatan itu adalah
kerajaan Daud pada masa awal kerajaan (Am. 9:11-15).
[13] Walter C. Kaiser, The Messiah in the Old Testament, Michigan:
Zodervan Publishing House, 1995, hlm. 145
[14] Ibid., hlm. 142
[15] Ibid., 143
[16] Kitab Yesaya juga sering
diistilahkan sebagai kitab Messianik karena didalam kitab ini banyak terdapat
nubuatan-nubuatan kedatangan Mesias
[17] Athur Wm Kac, The Messianic Hope, Michigan: Baker Book
House, 1975, hlm. 34-35
[18] S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK-GM, 1991, hlm. 20
[19] Ibid., hlm. 22
[20] Ini dapat dilihat dari silsilah
Yesus di matius 1 bahwa Zerubabel adalah nenek moyang Yesus.
[21] Walter C. Kaiser, Op.Cit., hlm.
32
[22] John F. Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita, Surabaya:
Yakin, 1969, hlm. 57
[23] Ibid., hlm. 53
[24] David L. Smith, A Handbook of Contemporary Theology, Michigan:
Baker book, 2000, hlm. 135
[25] Ibid., hlm. 136
[26] Tony Lane, Runtut Pijar, jakarta: BPK-GM, 2008, hlm. 246-247.
[27] Gerhard kittel, gerhard
Friedrich (ed.), Theological Dictionary
of The New Testament (Vol II), Grand Rapids, Michigan: Eermands publishing
company, 1964, hlm. 523
BalasHapusLEGENDAQQ.NET
Kami Hadirkan Permainan Baru 100% FAIR PLAY Dari Legendaqq.Net. :) 1 ID Untuk 8 Games :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
- Bandar 66
Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaQQ.Net. info Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^ Keunggulan LegendaQQ.Net :
- Tingkat Persentase Kemenangan Yang Besar
- Kartu Anda Akan Lebih Bagus
- Bonus TurnOver Atau Cashback Di Bagikan Setiap 5 Hari
- Bonus Referral Dan Extra Refferal Seumur Hidup
- Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20.000,-
- Tidak Ada Batas Untuk Melakukan Withdraw/Penarikan Dana
- Pelayanan Yang Ramah Dan Memuaskan
- Dengan Server Poker-V Yang Besar Beserta Ribuan pemain Di Seluruh Indonesia,
- LegendaQQ.Net Pasti Selalu Ramai Selama 24 Jam Setiap Harinya.
- Permainan Menyenangkan Dengan Dilayani Oleh CS cantik, Sopan, Dan Ramah.
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At LegendaQQ.Net ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : 2AE190C9
- Facebook : LegendaqqPoker
Link Alternatif :
- www.legendaqq(dot)net
- www.legendapelangi(dot)com
NB : untuk login android / iphone tidak menggunakan www dan spasi ya boss ^_^