Minggu, 09 Desember 2012

KONSEP PENGHARAPAN MENURUT PERJANJIAN LAMA



KONSEP PENGHARAPAN MENURUT PERJANJIAN LAMA


I. Pendahuluan
Didalam tema-tema kitab perjanjian lama, pengharapan adalah salah satu tema pokok yang penting. Hal ini didasarkan pada kehidupan bangsa Israel yang memang selalu hidup didalam pengharapan. Harapan mereka akan adanya pembebasan dari perbudakan mesir, harapan mereka untuk memasuki tanah penjanjian dan bahkan hingga harapan mereka akan datangnya mesias yang pemerintahannya tidak akan berakhir. Melalui karya tulis ilmiah kali ini kita akan mencoba membahas bagaimana konsep pengharapan didalam Perjanjian Lama, apa yang melatar belakanginya dan apakah dasar dari pengharapan itu didalam Perjanjian Lama.

II. Pembahasan
2.1 Pengertian Secara Etimologi
Ada 4 kata dalam bahasa Ibrani dalam bentuk kata kerja yang artinya mengharapkan yakni[1]:
1.      Kata קׇוַה (qawah) dihubungkan dengan קָו (qaw) artinya berbaring, tali pengukur tegak lurus. Artinya mengulurkan untuk, berbaring untuk, rindu kepada (Allah sebagai objek) muncul 26 kali.
2.      Kata יָהַל (yahal) artinya menunggu, rindu kepada (Allah) muncul 27 kali
3.      Kata חׇכַה (hakah) artinya menunggu (Allah) muncul 7 kali
4.      Kata שָבַר (sabar) artinya menunggu, berharap kepada (Allah) muncul 4 kali.
Keempat dari kata ini artinya hampir sama. Tidaklah banyak keterangan/ bukti didalam perjanjian lama, kata-kata ini hanya digunakan dalam 9 bagian tentang pengharapan kepada Allah. Tetapi yang paling sering dipakai adalah תִקוָה (tiqwah) 17 kali, yang mempunyai bentuk lain misalnya בֵטַה (betah), yang mempunyai arti percaya atau selamat/ aman yang juga di terjemahkan ελπις (elpis) dalam septuaginta. Kata harapan dalam bahasa Ibrani selalu dihubungkan dengan kata percaya.[2]
Kata yunani elpis dan elpizein, kurang cocok dengan paham pengharapan sebagaimana terdapat dalam perjanjian lama, yang jelas mempunyai religius dan yang sama sekali tidak ambivalen. Dengan membandingkan septuaginta dengan teks ibrani, kita harus mengatakan bahwa dengan kata elpizein diungkapkan terutama kepercayaan, dalam arti merasa diri aman, terlindung, mempunyai kepastian. Akan tetapi sekaligus juga berarti menantikan, menginginkan. Dan justru karena hubungan dengan “percaya” itu, elpizein berarti mengharapkan penuh rasa sabar dan tabah hati. Elpizein dalam bahasa religius kitab suci ada kesamaan dan ada perbedaan dalam bahasa profan. Kesamaannya ialah orangnya berhadapan dengan masa depan, sedangkan perbedaannya terletak dalam sikap hati orang yang bersangkutan: dalam bahasa profan, orang yang “mengharapkan” masa depan itu masih dapat khawatir juga, sebaliknya dalam kitab suci ia tidak merasa bimbang dan takut tetapi hatinya mantap karena mempunyai pegangan sehingga dengan penuh kesadaran ia berani menghadapi masa depan.[3]

2.2. Latar Belakang Pengharapan Dalam Perjanjian Lama
Tuhan adalah tujuan, dasar dan isi pengharapan religius Israel yang menantikan kedatangan Tuhan dalam kemuliaan. Jadi pengharapan Israel bersifat eskatologis, dengan catatan bahwa kepenuhan keselamatan diharapkan dari Tuhan semata-mata, sebagai kasih karunia: “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab daripadaNyalah harapanku” (Mzm. 62:6). Yang “belum’ itu paling menonjol dalam pengharapan ini, sedangkan yang “sudah” ialah kepercayaan akan janji Allah. “Aku ini akan menunggu-nunggu Tuhan, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku” (Mi. 7:7). Jadi dengan menyatakan pengharapannya, umat Israel sekaligus mengungkapkan kepercayaannya kepada Tuhan. Berharap dengan tekun dan setia adalah pengakuan iman konkret bagi Israel. Dan “orang-orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31).[4] Ketika menantikan Tuhan dalam pengharapan, orang yang menantikan pengharapan tersebut mendapatkan kekuatan yang memampukan melakukan hal-hal nyata dalam pengharapan. Sehingga yang hidup dalam pengharapan, tidak hanya berdiam diri namun memperlihatakan tindakan yang mencerminkan kesetiaan didalam berpengharapan kepada Allah.
Dalam kitab Yesaya (juga dikitab nabi-nabi yang lain) ada pengharapan akan kedatangan kedatangan seorang pemimpin istimewa yang diutus oleh Allah. Israel sudah biasa mengenal tokoh-tokoh yang tertentu akan diutus oleh Allah. Israel sudah biasa mengenal tokoh-tokoh yang tertentu yang akan diutus oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan mereka sebagai bangsa seperti para imam, nabi, hakim, dan raja. Tetapi Yesaya belum menikmati hidup yang semestinya sebagai umat Allah. Karena dosa mereka yang mengakibatkan hukuman Allah sehingga mereka tertindas dan terjajah. Maka mereka senantiasa menanti-nantikan kedatangan seorang yang akan membawa zaman baru yang disebut Mesias. Nabi melukiskan beberapa tokoh yang bersifat messianis terutama sekali raja keturunan Daud yang agung mengingat janji Allah kepad Daud yang akan tetap memegang jabatan raja (2 Sam. 7: 16).  Israel mengharapkan penggenapan janji itu pada masa depan dengan kedatangan raja keturunan Daud (Yes. 9:6; 11:1-5; Yer. 23:5-6; Yeh. 37: 24-25). Yesaya tahu bahwa Allah memakai bangsa Asyur untuk menghukum bangsa Israel tetapi Yesaya juga tahu bahwa kekuasaaan Asyur itu juga dibatasi oleh Allah yang sama. Oleh karena itulah nabi Yesaya mengharapkan dan menanti-nantikan seorang Mesias dari keturunan Daud (Yes. 7; 9 dan 11).[5]
Kata elpizein dalam septuaginta memang dipakai untuk menterjemahkan dalam bahasa Yunani kata-kata Ibrani tadi yang mengungkapkan pengharapan, tetapi lebih kerap dipakai untuk menerjemahkan paham kepercayaan atau keyakinan. Maka itu dalam septuaginta “Pengharapan” berarti “Keinginan penuh kepercayaan”. Pengharapan sebetulnya lebih tertuju kepada Tuhan daripada kepada keselamatan yang diharapkan dari padaNya. Pengharapan berarti kepercayaan kepada Tuhan menjamin hidup kita: “Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mzm. 23:1). Dasarnya ialah sabda Tuhan sendiri: “Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negri Kanaan, suatu negri yang berlimpah-limpah susu dan madunya” (Kel 3:17).[6]

2.3. Dasar Biblis Tentang Pengharapan
Harapan adalah sebuah kata kunci dalam iman biblis.[7] Baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru kita dapat menemukan kata tersebut. Perjanjian lama berbicara tentang orang beriman yang “berharap kepada Tuhan” (Mzm. 31:25;33:22; 38:16; 39:8; 42:6,12; 43:5; 130:7; 131:3). Berulang kali dikatakan bahwa Israel berharap kepada Tuhan, Tuhanlah “pengharapan Israel” (Yer. 14:8-22; 17:13). Bersama pemazmur, orang Israel yang saleh itu berdoa: “Engkaulah harapanku ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah” (Mzm. 71:5). Dari kutipan terakhir tampaklah bahwa pengharapan itu sekaligus menjadi ungkapan iman yang kuat. Selain unsur kepercayaan, ada juga unsur eskatologis karena pengharapan itu “harapan untuk hari depan”. Allah bukan hanya tujuan harapan, tetapi juga sumbernya.[8]
Kepastian harapan ini lain daripada kepastian perencanaan: “hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya” (Ams. 16:9). Kepastian yang mencirikan pengharapan itu selalu berarti kepercayaan: meletakkan nasib dalam tangan Tuhan. Termasuk hakikat pengharapan bahwa apa yang diharapkan itu belum dilihat. Oleh karena itu, harapan yahudi yang sejati terungkap dalam pengakuan ini: “Aku hendak menantikan Tuhan yang menyembunyikan wajahNya terhadap keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia” (Yes. 8:17). Dasar pengharapan adalah kesetiaan Tuhan akan janji-janjiNya, yang terbukti dalam masa yang lampau.[9] Pengharapan menjadi jembatan antara manusia yang menantikan pemenuhan janji itu dan Allah yang memberikan janji-janjiNya.
Rasul paulus juga menyebutkan bahwa “kasih karunia pembenaran (Rom. 5:2)”, ketekunan (Rom. 5:4; 15:4), kasih Allah (Rom. 5:5), penghiburan dari kitab suci (Rom. 15:4), dan Allah sendiri (Rom. 15:13) sebagai dasar pengharapan. Pada intinya pengharapan itu datang dari Tuhan dan bekerja melalui anugerah didalam diri orang beriman yang juga nyata secara keseluruhan hidup. Dengan kata lain Allah sendiri yang menjadi dasar pengharapan dan kitab suci memberi kesaksian mengenai kasih Allah (bnd. Rom. 16:26). Dasar pengharapan bagi orang percaya adalah kebangkitan Kristus. Sebab pengharapan masa depan yang ditunjuk adalah masa depan dari Kristus yang bangkit. Jadi kebangkitan Kristus sebagai janji Allah untuk masa depan orang percaya. Jadi dasar pengharapan orang Kristen adalah salib dan kebangkitan Kristus sebagai sebuah peristiwa yang menyatakan janji eskatologis Allah.[10]

2.4. Pengharapan Sebelum Masa Pembuangan Hingga Pasca Pembuangan
Pengharapan akan kedatangan Mesias sudah ada sejak zaman Hawa ketika masih berada ditaman Eden. Ia akan meremukkan kepala ular (Kej. 3:15). Allah juga telah memberikan pengharapan akan kedatangan Mesias pada zaman Sem, Abraham, Ishak, dan Yakub.[11] Namun yang akan dibahas disini hanyalah beberapa nabi diantaranya :
a.       Natan
Setelah Daud membangun Bait Suci bagi Tuhan, nabi Natan diutus Tuhan untuk menyampaikan janji Allah kepada Daud bahwa Sang mesias akan datang sebagai salah satu keturunannya, sebagai raja abadi, seperti dikatakan Tuhan, “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan aku akan mengokohkan tahta kerajaan untuk selama-lamanya” (2 Sam. 7:13). Yesaya mengatakan, “Suatu Tunas akan keluar dari tunggul Isai (yaitu Ayah Daud), dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah”. Daud menuliskan dalam Mazmur 22, menubuatkan apa yang dipikirkan oleh Yesus dikayu salib.
b.      Amos[12]
Nabi Amos memberikan harapan mengenai kedatangan Mesias yang berasal dari keturunan Daud.[13] Amos mengatakan bahwa kerajaan Daud akan kembali besar menguasai Israel yang telah dipersatukan dan menguasai bangsa-bangsa tetangga termasuk Edom.
c.       Hosea
Hosea memfokuskan bahwa Mesias adalah raja yang datang dari keturunan Daud.[14] Hosea bernubuat bahwa pada masa akhir nanti Israel akan mencari Daud dan kemudian bergabung kembali dengan Yehuda dan mengakui Daud sebagai rajanya (1:11; 3:5). Hosea diutus Tuhan untuk mencintai Gomer, seorang wanita sundal kemudian menebus dia. Ini seperti gambaran tentang Mesias yang nantinya juga akan menebus umat manusia.[15] Hosea menubuatkan dalam Hos. 11:1 bahwa Allah memanggil AnakNya yaitu Mesias dari Mesir. Dan ini telah digenapi dalam Mat. 2:20 Mesias yang lahir di Betlehem Efrata, keturunan Daud dan lahir dari seorang perawan harus dipanggil dari Mesir. Ada 5 aspek yang spesifik dari janji Tuhan dikitab Hosea: (1) Mesias akan datang ketika Israel kembali kepada Tuhan, (2) Mesias berasal dari keturunan Daud, (3) Ia akan menjadi raja yang besar, (4) Ia akan membuat bangsa-bangsa tunduk kepadaNya, (5) Mesias diidentifikasikan dengan Yahweh.
d.      Yesaya[16]
Walaupun Yesaya mengetahui rencana kehancuran Yehuda, tetapi ia tetap berpegang pada harapan bahwa penguasa masa depan yang akan diurapi akan datang dan akan berasal dari keturunan Daud. Yesaya menubuatkan bahwa Mesias akan lahir dari seorang perawan (Yes. 7:14) dan ini digenapi dalam Mat. 1:23. Nubuat ini telah dinubuatkan oleh Yesaya ± 700 tahun sebelum Yesus lahir. Mesias dinyatakan dalam Yesaya 7:14 layak mendapat gelar Immanuel (Allah menyertai kita). Dalam Yes. 9:5,dst anak yang lahir, putera ayng diberikan, diuraikan sebagai “Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai.” Dinubuatkan oleh Yesaya bahwa Mesias akan memerintah atas sisa bangsa yang selamat dengan hukum dan keadilan. Ia akan dipenuhi oleh Roh Allah (Yes. 7:13-17; 9:5-6; 11:1-9).
e.       Mikha
Mikha memberikan pengharapan bahwa Mesias bukan hanya berkuasa atas Israel dan Yehuda saja, tetapi pemerintahannya akan sampai keujung bumi (Mi. 5:1-4a). Mikha menguraikan bahwa anak yang akan lahir itu sebagai seorang “yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Pernyataan ini merupakan pernyataan yang kuat tentang keberadaan sang Mesias sebelum ia dilahirkan ke dunia. Gabuangan kesaksian diatas ini dengan kesaksian-kesaksian lainnya memastikan hanya bila Ia datang, Mesias itu adalah Allah dan manusia didalam satu pribadi. Mikha menggambarkan bahwa Mesias akan datang sebagai sesosok yang sederhana, yang lahir dikota kecil Betlehem (5:1). Kelahiran sang mesias telah dinubuatkan lebih kurang 700 tahun sebelumnya.[17] Kota Betlehem ini digambarkan begitu kecil (kota Benyamin), namun Allah akan meninggikan Betlehem. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kota Betlehem ini merupakan tempat asal-usul kaum Efrata, yang juga menjadi suku asal-usul Daud.[18] Mikha melihat bahwa kekuasaan Mesias tidak terbatas pada Israel, tetappi samapai keseluruh Dunia.
f.       Yeremia
Pengharapan Mesias dalam kitab Yeremia lebih samar-samar daripada didalam kitab Yesaya. Yeremia banyak mengaitkan nubuatnya pada tradisi-tradisi lama tentang penyelamatan dari mesir, perjanjian di Sinai dan penguasaan Palestina.[19] Ia juga berbicara tentang Mesias yang akan datang dari keturunan Daud (23:5). Yeremia bukan hanya membahas kehancuran Yehuda, tetapi juga kehancuran bait Allah dan terhentinya pemujaan dan peribadatan dalam bait Allah. Oleh karena itu ia mengajukan gagasan bahwa pada kedatangan raja yang akan datang itu ada jabatan keimamam yang disamping Mesias, menjamin kebangkitan kembali pemujaan dan peribadatan Israel (33:17).
g.      Yehezkiel (Pada masa pembuangan)
Pengharapan Mesianis dalam Yehezkiel dipandang sebagai salah satu berkat Allah. Mesias ini bukan mempunyai kekuasaan duniawi tetapi sebagai raja kedamaian. Yang pekerjaannya dapat dibandingkan dengan pekerjaan gembala. Yehezkiel membayangkan sebuah negara agama yang akan berdiri setelah masa pembuangan. Ia sangat meyakini bahwa: (1) Masa kedatangan Mesias akan tiba, (2) Orang-orang Isrel akan kembali ke tanah yang dijanjikan.
h.      Hagai
Hagai sangat Yakin bahwa jawaban akan pengharapan kedatangan Mesias akan terlaksana dalam waktu singkat. Hagai yakin bahwa daalam nama Zerubabel, keturunan Daud[20] yang mempunyai peran besar dalam kembalinya bangsa dan pembangunan bait Allah, akan wujub penggenapan pengharapan Mesianis bangsa Israel (Hag. 1:1-12; 2:21-24). Karena melihat pembangunan bait Allah, maka hagai yakin bahwa penggenapan janji dalam nubuat nabi-nabi dari masa pra-pembangunan (Yeremia, Yehezkiel dan yesaya) yang berakar pada nubuat nabi Natan (2 Sam. 7) akan terwujud pada masa hidupnya.
i.        Zakharia
Dalam Zakharia 1-8 dapat dilihat bahwa kitab Zakharia menuju penggenapan. Zakharia yakin bahwa kerajaan Allaj sudah dekat, dimana kekuasaanya diwakili oleh dua orang yang diurapi. Satu adalah Mesias (Politis), dan satu lagi mewakili tradisi para imam yang menjadi penasehatnya, sehingga antara keduanya ada kedamaian. Zakharia menubuatkan bahwa akan ada yang menghianati Mesias. Dan dalam kitab mat. 27:9-10, dapat dilihat penggenapannya dari nubuatan Zakharia 11:12, bahwa Yudas Iskariot menghianati Tuhannya dengan harga seorang budak, 30 keping perak (Kel. 21:32).

2.5. Sifat Umum Nubuatan para Nabi tentang Pengharapan Mesianis
Nubuatan tentang pengharapan Mesianis cukup jelas, khususnya bila dipandang dari pernyataan perjanjian baru dimana penggenapannya membantu memberikan keterangan tentang isi nubuatan didalam perjanjian lama itu. Bagaimanapun juga nubutan Mesianis ini memiliki masalah-masalah tertentu namun tetap tidak mengurangi makna mesianis itu sendiri. Adapun sifat-sifat umum dari nubutan pengharapan mesianis oleh para nabi adalah sebagai berikut:
a)      Bahasa dari nubuatan tentang mesias sering samar-samar. Tetapi walau samar-samar, tidak mungkin memiliki dua arti. Seperti yang pernah dikatakan oleh Milton Terry bahwa “Jika Alkitab memiliki lebih dari satu arti, itu tidak ada artinya sama sekali”.[21] Tetapi maksud Allah dalam kesamaran ini ialahuntuk menjadikan nubuatan itu dapat dimengerti oleh orang-orang percaya sejati yang diajar oleh Roh Kudus dan oleh karena itu dapat membedakan mana bagian-bagian yang merupakan nubuat tentang Mesias. Banyak diantara bagian-bagian itu tidak dapat ditafsirkan kecuali diterangi oleh isi Firman Allah.
b)     Bahasa dari nubuatan Mesias sering bersifat kiasan. Arti kiasan itu tidak perlu tak berketentuan, karena sering kiasan itu memberikan maksud yang jelas bahkan walaupun bagian tersebut barangkali perlu ditafsirkan. Misalnya, ketika kitab suci mengucapkan nubuatan berikut, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (Yes. 11:1), jelas ayat ini menunjuk kepada Mesias sebagai seorang yang akan diturunkan dari Isai. Disini meskipun memakai bahasa kiasan, namun keheranan yang akan dikandungnya sungguh jelas.
c)      Terdapat hubungan typologis antara Daud dan nubuat kedatangan Mesias.[22] Daud adalah tipe tentang Kristus sebagai seorang yang mula-mula gembala kemudian menjadi raja. Arti typologis dari peristiwa-peristiwa ini maupin berbagai kejadian kecil dalam hidupnya adalah bayang-bayang tentang Kristus. Terlebih bagi nabi-nabi yang hidup pada masa pra-pembuangan melihat masa keselamatan sebagai kebangkitan kembali kerajaan Daud yang besar dan Agung.
d)     Dalam nubuatan tentang Mesias masa depan sering dianggap masa lalu atau masa sekarang. Bahasa Ibrani sering mempergunakan pengertian “sudah” dalam menulis nubuatan. Nubuat-nubuat agung dari Yesaya 53 umpamanya, ditulis seakan-akan sudah terjadi. A. B. Davidson mengemukakan, “penggunaan ini sangar luar biasa dalam bahasa yang muluk-muluk dari para nabi, yang iman dan imajinasinya demikian jelas memproyeksikan didepan mereka segala peristiwa atau kejadian yang mereka nubuatkan seperti tampaknya sudah terjadi. ” ini bagian dari maksud Allah, dan oleh karena itu bagi nabi-nabi yang dapat memandangnya dengan jelas peristiwa-peristiwa tersebut sama seperti sudah terjadi. Gaya bahasa seperti ini menunjukkan bahwa peristiwa yang diramalkan dalam perjanjian lama itu pasti digenapi bahkan walaupun akan terjadi dimasa depan.
e)      Nubuatan tentang Mesias sering dilihat secara horisontal dan bukan vertikal. Dengan perkataan lain, walaupun urutan peristiwa dalam nubuatan itu pada umumnya dinyatakan dalam kitab suci, tetapi nubuatan tidak selalu memberikan jarak waktu yang mestinya ada diantara dua peristiwa besar yang disebutnya. Nubuatan perjanjian lama bisa saja melompat dari peristiwa penderitaan Kristus langsung kepada kemuliaan-Nya tanpa menyebutkan jangka waktu yang terbukti dari sejarah memisahkan kedua peristiwa besar itu. Fakta bahwa nubuatan tentang Mesias tidak selalu menyebutkan jangka waktu diantara beberapa peristiwa, digambarkan dalam kutipan Kristus dari Yes. 61:1-2 dan didalam Luk. 4:18-19. Ayat-ayat di Yesaya menghubungkan kedatangan pertamadan kedua dari Kristus tanpa petunjuk bahwa ada jangka waktu yang lebar diantara keduanya.
Fakta yang penting yang berdiri teguh diatas yang lain adalah Mesias dari perjanjian lama adalah juga Mesias dalam perjanjian Baru. Sebab perjanjian lama adalah legitimasi dari kedatangan Yesus. Ia secara aktif ikut serta membawa keselamatan dalam pengertian yang paling luas kepada orang-orang yang percaya kepadaNya.[23]

2.6. Teologi Pengharapan “Jurgen Moltman”
Teologi pengharapan muncul tahun 1960-an ketika Kristen ateis tampil kedepan. Pada saat itu pemahaman teologi ‘Allah mati’ yang dikemukakan oleh Friedrich Nietzsche juga sangat gencar. Teologi pengharapan bersumber dari pemahaman eskatologi Albert Schweitzer pada permulaan abad ke-20 yang banyak mengarahkan teologi ke masa depan, bukan masa lampau atau masa sekarang. Teologi ini melihat hubungan iman dan sejarah begitu kuat.[24]
Jurgan Moltmann lahir di Hamburg, Jerman, pada tahun 1926. Ia adalah seorang professor teologi sistematika dari universitas Tubingen. Ia mulai ide tentang Pengharapan manusia ketika ia ditahan sebagai tahanan perang di Inggris, dimana pengharapan selalu berada diantara hidup dan mati. Pada tahun 1948 ia mulai belajar teologi di Tubingen disana ia memperoleh gelar doktornya. Setelah selesai belajar teologi, ia menjadi pendeta jemaat. Setelah tamat ia mengajar di Seminari Gereja di Wuppertal kemudian ke universitas Bonn sebelum di Tubingen tahun 1967. Hasilnya ia mampu menghasilkan tiga buah buku teologi yang sangat berpengaruh, yaitu Theology of Hope (1965), The Crucified God (1974) dan The Church in the Power of the Holy Spirit (1977).[25]
Ada beberapa pendapat Moltmann: Pertama, pengaharapan bukanlah sebuah utopia yang tidak dapat digenapi. Dengan mengikuti calvin, Moltmann mendefenisikan pengharapan sebagai harapan akan hal-hal yang diterima oleh iman sebagai sesuatu yang telah dijanjikan Allah. Jadi dlam iman kita percaya bahwa Allah adalah benar, sementara pengharapan menunggu waktu pemeuhan kebenaran dinyatakan. Dalam pendapat Moltmann, dosa mewujud dalam ketidakberpengharapan yang terdaapat dalam dua hal yakni anggapan dan keputusasaan. Anggapan terjadi apabila seseorang mencoba untuk mengantisipasi apa yang diharapkan dari Tuhan tanpa janji Tuhan. Sedangkan keputusasaan terjadi apabila seseorang mengantisipasi apa yang tidak dipenuhi dari apa yang dijanjikan. Kedua, sisi lain yang dilihat Moltmann disini adalah janji. Baginya, janji adalah pernyataan akan datangnya suatu kenyataan yang belum ada. Janji ini menghubungkan manusia dengan masa depan yang didalamnya ada sejarah. Dalam masa antara janji dan penggenapannya terdapat kebebasan untuk patuh atau tidak patuh, berharap atau kecewa. Menurutnya, Allah menunjukkan kasih setia-Nya dengan membawa janji-janjiNya kemasa depan. Ketiga, menurt Moltmann pentingnya eskatologi dapat dilihat dalam penyaliban dan kebangkitan Kristus. Makna dari kedua hal ini tidak terletak pada masa lampau dan masa sekarang tetapi lebih banyak pada masa depan. Ia mengatakan bahwa melalui janji, masa depan yang masih samar telah diberitakan dan mendesak untuk diberitakan pada masa sekarang melalui pengharapan. Kedatangan Kristus bukan hanya merupakan penyataan akan kenyataan tetapi penyataan akan apa yang belum terjadi. Keempat, gereja berperan dalam misi dimana gereja berpartisipasi dalam menyatukan manusia dengan sesamanya, masyarakat dengan alam dan ciptaan dengan Tuhan.[26]

2.7. Konsep Pengharapan Menurut Perjanjian Lama dan Relevansinya dalam Kehidupan Umat Percaya
Dalam perjanjian lama pengharapan selalu satu dari baik atau buruk, harapan atau ketakutan. Pengharapan terhadap suatu yang baik dihubungkan dengan kepercayaan dan pengharapan yang merupakan hasrat atau kerinduan dimana unsur kesabaran dalam menunggu atau menghilang/ melarikan diri ketempat perlindungan itulah yang sangat ditekankan. Harapan adalah pengharapan akan sesuatu yang baik, sangat panjang selama hidup. Dimana ada hidup maka disitu ada pengharapan. Tetapi harapan bukanlah sebuah mimpi yang menghibur dari imajinasi yang menyebabkan kita lupa terhadap permasalahan hidup kita saat ini, atau kita diperingatkan dari sesuatu yang tidak pasti. Hidup yang benar adalah dasar kita untuk berharap.
Memiliki harapan untuk masa depan menunjukkan bahwa ada sesuatu yang baik dalam diri kita dimana harapan selalu lagsung ditujukan oleh manusia kepada Allah. Adlaah hal yang biasa dan paling sering terjadi dalam kehidupan manusia ketika manusia daalam masalah maka manusia itu pasti akan mempunyai harapan bahwa Allah akan melepaskan dan menolongnya. Harapan adalah kepercayaan. Harapan yang kita percayai dengan penuh itu adalah permohonan atau permintaan walaupun pada saat berharap itu juga manusia tersebut masih diberkati. Dalam kitab Mazmur yang menjadi buku dalam jemaat yang dipakai oleh umat, hal ini menunjukkan bahwa permintaan atau permohonan itu sangatlah penting. Kebenaran selalu dihubungkan dengan kehendak Allah. Harapan tidaklah langsung kepada hal yang spesifik tetapi lebih kepada proyeksi pandangan kita terhadap masa depan dan umumnya percaya atas perlindungan pertolongan Allah. Atau dapat dikatakan bahwa Allah adalah harapan dan kepercayaan terhadap kebenaran. Kepercayaan penuh kepada Allah adalah bebas dari kekhawatiran/ kegelisahan (Yes. 7:4; 12:2; Ams. 28:1). Harapan selalu diikuti oleh takut akan Tuhan (Yes. 32:11; Ams. 14:16, 26; 23:18). Untuk itulah maka disebutkan bahwa harapan seharusnya ditandai dengan sikap yang menunggu dengan tenang dari Allah.
Jadi pengharapan kepada Allah adalah melepaskan dari keadaan sukar dan lebih spesifik lagi bahwa dalam pengharapan itu ada pemikiran atau pemahaman akan suatu pertolongan yang eskatologis yang akan meletakkan dan mengakhiri semua kesukaran-kesukaran kita. Pendirian dalam pengharapan dan kepercayaan mungkin akan bertambah dan diekspresikan dalam realitas bahwa segala yang ada adalah hanya sementara dan itu akan semakin bertambah dalam pengharapan yang eskatologis pada masa depan.[27]
Menurut Kitab Suci, pengharapan yang benar adalah ketika kita tidak merasa bimbang dan takut tetapi hatinya mantap karena mempunyai pegangan sehingga dengan penuh kesadaran ia berani menghadapi masa depan. Didalam pengharapan, Allah adalah tujuan, dasar dan isi pengharapan itu sendiri yang menantikan kedatangan Allah dalam kemuliaan. Dasar pengharapan kita adalah kesetiaan Allah akan janji-janji-Nya, pengharapan menjadi jembatan antara manusia yang menantikan pemenuhan janji itu dan Allah yang memberikan janji-janji-Nya. Ini semualah yang menjadi pegangan bagi kita semua untuk hidup dalam pengharapan. Ada beberapa hal yang diperlu dibukti nyatakan dalam kehidupan orang yang memiliki pengharapan, yakni:
  • Tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan Tuhan (Yer 17:5-6)
  • Taat dan Setia (Kej 12:1-9)
  • Memiliki pendirian yang teguh (Yos 24:14-15).
  • Tidak mudah terpengaruh (Bil 14:25-30).
  • Memiliki sikap hati yang benar (Dan 1:1-21).
  • Tegar di tengah persoalan (Dan 6).
  • Berani menanggung resiko (Dan 3).
  • Tidak mengenal putus asa (1 Sam 21-24,26,27).
  • Berpegang teguh pada janji Allah (Kej 15-20), dll.
Orang yang berharap kepada TUHAN disebutkan bahwa, "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yer 17:8). Orang yang berharap kepada TUHAN tidak akan ditelantarkan, sebab Dia-lah Bapa kita, pencipta, pemelihara dan penyelamat kita. Apakah yang dijanjikan TUHAN kepada orang-orang yang berharap kepada-Nya?
  • Tidak akan dipermalukan/ dikecewakan (1 Raja 18:20-46, Roma 9:33; 5:5).
  • Memperoleh pertolongan-Nya (Maz 37:24).
  • Memperoleh pembelaan Allah (Za 2:8, 2 Taw. 20).
  • Memperoleh berkat-berkat-Nya (Ul 8:18-20, Ayb 42)
  • Memperoleh kekuatan (Hak 6-8, 1 Kor. 1:27-29); dll.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas maka kita dapat mengetahui apa yang menjadi dasar didalam pengharapan serta latar belakangnya sehingga bangsa Israel didalam kitab Perjanjian lama memiliki pengharapan terhadap Mesias. Pengharapan yang dimiliki bangsa Israel tentunya tidak datang begitu saja melainkan dikarenakan adanya janji yang datang dari Allah sendiri tentang nubuat kedatangan Mesias. Sehingga dengan demikian dapat kita katakan bahwa konsep pengharapan didalam Perjanjian lama memiliki hubungan yang erat dengan janji yang menjadi sumber pengharapan tersebut. Dalam hal ini tentunya konsep pengharapan didalam dalam Perjanjian Lama bersifat eskatologis karena mengacu kepada hal yang akan datang.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Baukham, Richard, Teologi Mesianis (Menuju Teologi Mesianis menurut Jurgan Moltmann), Jakarta: BPK-GM, 1992
Brown, Collin (ed.), The New International Dictionary Of New Testament Theology, Michigan: Grand Rapids, 1986
F. Walvoord, John, Jesus The King Is Coming, Chicago: Moody Press, 1975
F. Walvoord, John, Yesus Kristus Tuhan Kita, Surabaya: Yakin, 1969
Hentz, Otto, Pengharapan Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 2005
Kac, Athur Wm, The Messianic Hope, Michigan: Baker Book House, 1975
Kaiser, Walter C., The Messiah in the Old Testament, Michigan: Zodervan Publishing House, 1995
kittel, Gerhard, gerhard Friedrich (ed.), Theological Dictionary of The New Testament (Vol II), Grand Rapids, Michigan: Eermands publishing company, 1964
Lane, Tony, Runtut Pijar, jakarta: BPK-GM, 2008
Siahaan, S.M., Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 1991
Smith, David L., A Handbook of Contemporary Theology, Michigan: Baker book, 2000
Syukur, Nico, Teologi Sistematika 2 “Ekonomi Keselamatan”. Yogyakarya: Kanisius, 2004

Chrisnov M. Tarigan’s & Julia Ginting’s
Mahasiswa di STT Abdi Sabda Medan


[1] Collin Brown (ed.), The New International Dictionary Of New Testament Theology, Michigan: Grand Rapids, 1986, hlm. 239
[2] Ibid., hlm. 239
[3] Nico Syukur, Teologi Sistematika 2 “Ekonomi Keselamatan”. Yogyakarya: Kanisius, 2004, hlm. 505-506
[4] Ibid, hlm. 609
[5] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2008, hlm. 110-111
[6] Nico Syukur, Op.Cit.,hlm. 610
[7] Otto Hentz, Pengharapan Kristen, Yogyakarta: Kanisius, 2005, hlm. 16
[8] Nico Syukur, Op.Cit.,hlm. 506-507
[9] Ibid., hlm 507
[10] Richard baukham, teologi Mesianis (Menuju Teologi Mesianis menurut Jurgan Moltmann), Jakarta: BPK-GM, 1992, hlm. 140
[11] F. Walvoord John, Jesus The King Is Coming, Chicago: Moody Press, 1975, hlm. 127
[12] Amos adalah nabi yang melanjutkan nubuat nabi Natan. Ia terpanggil untuk memperingati bangsa Yehuda beserta rajanya (Yerobeam II), yang menduduki tahta Efraim, akan keruntuhan kerajaan tersebut (7:9-11). Bangsa-bangsa lain juga akan dihukum tetapi dalam hukuman tersebut masih akan ada bangsa yang selamat (9:8). Masa keselamatan itu adalah kerajaan Daud pada masa awal kerajaan (Am. 9:11-15).
[13] Walter C. Kaiser, The Messiah in the Old Testament, Michigan: Zodervan Publishing House, 1995, hlm. 145
[14] Ibid., hlm. 142
[15] Ibid., 143
[16] Kitab Yesaya juga sering diistilahkan sebagai kitab Messianik karena didalam kitab ini banyak terdapat nubuatan-nubuatan kedatangan Mesias
[17] Athur Wm Kac, The Messianic Hope, Michigan: Baker Book House, 1975, hlm. 34-35
[18] S.M. Siahaan, Pengharapan Mesias Dalam Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 1991, hlm. 20
[19] Ibid., hlm. 22
[20] Ini dapat dilihat dari silsilah Yesus di matius 1 bahwa Zerubabel adalah nenek moyang Yesus.
[21] Walter C. Kaiser, Op.Cit., hlm. 32
[22] John F. Walvoord, Yesus Kristus Tuhan Kita, Surabaya: Yakin, 1969, hlm. 57
[23] Ibid., hlm. 53
[24] David L. Smith, A Handbook of Contemporary Theology, Michigan: Baker book, 2000, hlm. 135
[25] Ibid., hlm. 136
[26] Tony Lane, Runtut Pijar, jakarta: BPK-GM, 2008, hlm. 246-247.
[27] Gerhard kittel, gerhard Friedrich (ed.), Theological Dictionary of The New Testament (Vol II), Grand Rapids, Michigan: Eermands publishing company, 1964, hlm. 523

1 komentar:



  1. LEGENDAQQ.NET
    Kami Hadirkan Permainan Baru 100% FAIR PLAY Dari Legendaqq.Net. :) 1 ID Untuk 8 Games :
    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online
    - Bandar 66

    Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaQQ.Net. info Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^ Keunggulan LegendaQQ.Net :
    - Tingkat Persentase Kemenangan Yang Besar
    - Kartu Anda Akan Lebih Bagus
    - Bonus TurnOver Atau Cashback Di Bagikan Setiap 5 Hari
    - Bonus Referral Dan Extra Refferal Seumur Hidup
    - Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20.000,-
    - Tidak Ada Batas Untuk Melakukan Withdraw/Penarikan Dana
    - Pelayanan Yang Ramah Dan Memuaskan
    - Dengan Server Poker-V Yang Besar Beserta Ribuan pemain Di Seluruh Indonesia,
    - LegendaQQ.Net Pasti Selalu Ramai Selama 24 Jam Setiap Harinya.
    - Permainan Menyenangkan Dengan Dilayani Oleh CS cantik, Sopan, Dan Ramah.

    Fasilitas BANK yang di sediakan :
    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At LegendaQQ.Net ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : 2AE190C9
    - Facebook : LegendaqqPoker

    Link Alternatif :
    - www.legendaqq(dot)net
    - www.legendapelangi(dot)com
    NB : untuk login android / iphone tidak menggunakan www dan spasi ya boss ^_^

    BalasHapus

Bijaksanalah memberikan pendapat, setiap pendapat harus dibangun atas dasar yang jelas